Ayat Keluaran 10:16 merupakan momen krusial dalam narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dalam ayat ini, Firaun, setelah berulang kali menolak perintah Tuhan melalui Musa dan Harun, akhirnya menyerah pada tekanan hebat dari tulah yang menimpa Mesir. Penyesalannya kali ini terlihat lebih tulus, setidaknya dalam pengakuan lisannya. Ia mengakui dosanya, baik terhadap Tuhan maupun terhadap Musa dan Harun. Ini adalah pengakuan yang penuh makna, menandakan bahwa kekuatan Firaun mulai goyah di hadapan murka ilahi yang tak terbendung.
Keluaran 10:16 ini hadir setelah serangkaian tulah yang mengerikan, seperti belalang, gelap gulita, dan kematian ternak. Firaun, yang keras hati, terus-menerus mengubah pendiriannya. Setiap kali tulah reda, hatinya mengeras kembali, dan ia menolak untuk melepaskan umat Israel. Namun, kegelapan yang menyelimuti Mesir selama tiga hari, yang begitu pekat hingga orang tidak dapat melihat satu sama lain dan tidak ada yang bangkit dari tempatnya, tampaknya menjadi pukulan telak yang mematahkan semangat perlawanannya. Ketakutan akan kehancuran total akhirnya memaksa Firaun untuk memanggil para nabi Tuhan.
Pengakuan Firaun, "Aku telah berbuat dosa terhadap TUHAN, Allahmu, dan terhadapmu," menunjukkan bahwa ia akhirnya menyadari keberadaan dan kekuasaan Tuhan yang melampaui dewa-dewa Mesir. Ia juga secara langsung mengakui peran dan otoritas Musa dan Harun sebagai utusan Tuhan. Namun, sejarah menunjukkan bahwa pengakuan ini belum tentu berarti perubahan hati yang permanen. Dalam cerita keluaran 10 16 dan seterusnya, kita akan melihat bagaimana Firaun kembali mengeras hati setelah tulah mereda, sebuah pola yang berulang dalam penolakannya terhadap Tuhan.
Pelajaran yang dapat diambil dari momen ini sangatlah berharga. Pertama, ini menegaskan bahwa kesombongan dan kekerasan hati pada akhirnya akan dihancurkan oleh kekuasaan ilahi. Kedua, pengakuan dosa, meskipun terlambat, adalah langkah awal menuju pemulihan. Ketiga, cerita ini mengajarkan tentang pentingnya mendengarkan suara Tuhan dan tidak mengabaikan peringatan-Nya. Meskipun Firaun akhirnya melepaskan umat Israel setelah tulah kesepuluh (kematian anak sulung Mesir), proses ini penuh dengan penolakan dan penderitaan. Pengakuan Firaun di Keluaran 10 16 menjadi saksi bisu perjuangan antara kehendak manusia yang keras kepala dan kehendak Tuhan yang mahakuasa. Peristiwa ini terus menginspirasi kita untuk merenungkan tentang pentingnya kerendahan hati dan ketaatan.