"dan bahwa Aku telah bertindak terhadap Mesir dengan melakukan hal-hal yang ajaib di tengah-tengahnya, supaya kamu ketahui, bahwa Akulah TUHAN."
Ayat Keluaran 10:2 ini merupakan pernyataan tegas dari Tuhan kepada Musa dan Harun, yang menjadi utusan-Nya di hadapan Firaun. Inti dari perkataan ini adalah untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di Mesir, khususnya keajaiban-keajaiban yang dilepaskan sebagai peringatan dan juga hukuman, adalah bukti nyata dari kekuasaan dan kedaulatan Tuhan. Hal ini bukan sekadar kejadian alamiah atau kebetulan, melainkan sebuah intervensi ilahi yang terencana, dengan tujuan yang sangat spesifik: agar umat manusia, dan khususnya bangsa Israel serta bangsa Mesir sendiri, mengetahui bahwa "Akulah TUHAN."
Konteks historis dari ayat ini sangat krusial. Bangsa Israel telah diperbudak di Mesir selama ratusan tahun, mengalami penderitaan yang mendalam. Tuhan berkehendak membebaskan mereka, dan untuk mencapai tujuan ini, Ia menggunakan berbagai cara. Salah satu cara utama adalah dengan menunjukkan kuasa-Nya yang luar biasa kepada bangsa Mesir, yang dipimpin oleh Firaun yang keras hati. Sepuluh tulah yang menimpa Mesir adalah serangkaian peristiwa dramatis yang dirancang untuk mengguncang fondasi kepercayaan dan kekuatan Mesir. Dari tulah yang mengubah air Nil menjadi darah, hingga kegelapan yang menyelimuti seluruh negeri, setiap tulah memiliki tujuan untuk memperlihatkan bahwa dewa-dewa Mesir tidak berdaya, dan hanya Tuhan Israel yang berkuasa atas segala sesuatu.
Keluaran 10:2 secara spesifik merujuk pada tulah kegelapan yang hebat, yang dijelaskan dalam pasal-pasal berikutnya. Kegelapan ini bukan hanya kegelapan fisik, tetapi juga merupakan simbol dari kegelapan spiritual dan kebodohan. Firaun dan bangsanya dibiarkan dalam keadaan "buta" dan "tuli" terhadap kebenaran ilahi, meskipun tanda-tanda dan mukjizat terus terjadi di depan mata mereka. Keras hati Firaun digambarkan sebagai sebuah kekebalan terhadap kebenaran, sebuah keadaan di mana mata mereka melihat namun tidak memahami, telinga mereka mendengar namun tidak mengerti. Ini adalah manifestasi dari penolakan yang disengaja terhadap Tuhan.
Di sisi lain, bagi bangsa Israel, mukjizat-mukjizat ini berfungsi sebagai alat pendidikan dan penguatan iman. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan berkuasa, memelihara mereka, dan membedakan mereka dari bangsa Mesir, bahkan di tengah-tengah malapetaka. Ayat ini menekankan bahwa tujuan utama dari tindakan ajaib Tuhan adalah untuk mengungkapkan jati diri-Nya. Tuhan ingin dikenal, bukan sebagai entitas yang jauh atau abstrak, tetapi sebagai pribadi yang aktif, berkuasa, dan terlibat dalam sejarah manusia. Mengenal TUHAN berarti memahami kebesaran-Nya, kasih setia-Nya, keadilan-Nya, dan kuasa-Nya untuk menyelamatkan dan menghakimi.
Meskipun ayat ini berasal dari konteks historis yang spesifik, maknanya tetap relevan hingga kini. Tuhan terus bertindak dengan cara-cara ajaib dalam kehidupan kita, meskipun mungkin tidak selalu dalam bentuk tulah yang dahsyat. Keajaiban-keajaiban itu bisa berupa pemeliharaan-Nya yang tak terduga, jawaban doa yang luar biasa, perubahan hati yang signifikan, atau penyingkapan kebenaran yang mencerahkan. Tuhan ingin kita melihat tindakan-Nya dan menyadari bahwa di balik segala sesuatu yang terjadi, ada tangan-Nya yang penuh kasih dan kuasa.
Ayat ini juga mengingatkan kita akan bahaya "kegelapan spiritual" dan "kebutaan hati." Di dunia yang penuh dengan informasi dan pandangan yang beragam, mudah bagi kita untuk menjadi tuli terhadap suara Tuhan atau buta terhadap kebenaran-Nya. Kita mungkin disibukkan dengan urusan duniawi atau terbuai oleh godaan, sehingga keajaiban dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita luput dari perhatian. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk selalu membuka mata dan hati kita, siap untuk mengenali dan menghormati Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Keluaran 10:2 adalah undangan abadi untuk mengalami dan mengakui kebesaran Tuhan, serta untuk hidup dalam terang kebenaran-Nya.