"Tujuh hari lamanya kamu makan roti yang tidak beragi; dan pada hari pertama kamu harus sudah melenyapkan segala sesuatu yang beragi dari rumahmu, sebab siapa yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara orang Israel."
Perintah mengenai roti yang tidak beragi pada perayaan Paskah, seperti yang tertulis dalam Keluaran 12:19, merupakan salah satu elemen paling penting dan simbolis dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Ayat ini berbicara tentang pentingnya pembersihan diri dan rumah dari "ragi" atau dosa, yang melambangkan kebejatan dan kenajisan.
Paskah, atau Pesach dalam bahasa Ibrani, memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Perintah untuk memakan roti yang tidak beragi (matzah) selama tujuh hari adalah pengingat akan ketergesaan mereka saat keluar dari Mesir. Tidak ada waktu bagi roti untuk mengembang, sehingga mereka harus makan roti yang datar dan keras. Lebih dari sekadar catatan sejarah, roti tidak beragi ini memiliki makna spiritual yang mendalam. Ragi sering kali diidentikkan dengan kebohongan, kesombongan, kemunafikan, dan segala bentuk kejahatan yang dapat merusak kemurnian.
Perintah untuk melenyapkan segala sesuatu yang beragi dari rumah sebelum perayaan dimulai menekankan perlunya persiapan hati dan pikiran. Ini bukan hanya tentang membersihkan secara fisik, tetapi juga secara rohani. Kita diminta untuk memeriksa diri sendiri, membuang segala sesuatu yang dapat menghalangi hubungan kita dengan Tuhan, dan mempersiapkan diri untuk menyambut pembebasan dan pembaharuan. Bagi orang Kristen, Paskah juga diperluas maknanya untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus, Sang Anak Domba Paskah yang mengorbankan diri-Nya demi penebusan dosa umat manusia.
Dalam konteks ini, Keluaran 12:19 menjadi pengingat abadi bahwa pembebasan sejati tidak hanya datang dari penindasan fisik, tetapi juga dari pembebasan dari belenggu dosa. Proses pembersihan dari ragi adalah metafora kuat untuk pertobatan dan pengudusan diri. Kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, menjauhkan diri dari kebiasaan buruk dan pola pikir yang merusak, serta senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan.
Perayaan Paskah, dengan segala ritual dan simbolnya, mengajarkan kita tentang pentingnya mengenang karya penyelamatan Tuhan dan bagaimana kita harus meresponnya dengan hati yang bersih dan tulus. Ayat Keluaran 12:19 mengingatkan kita bahwa pembaruan sejati dimulai dari pembersihan. Ini adalah ajakan untuk terus menerus memeriksa diri, membuang segala sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Pesan dari perintah ini relevan hingga kini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada berbagai "ragi" modern yang dapat mengotori hati kita: gosip, iri hati, keserakahan, atau bahkan rasa puas diri. Paskah menjadi momen yang tepat untuk melakukan "pembersihan besar-besaran" dalam hidup kita, agar kita dapat mengalami pembebasan dan kedamaian sejati yang ditawarkan oleh Tuhan. Dengan membuang segala sesuatu yang beragi, kita membuka diri untuk menerima berkat dan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.