Keluaran 12 & 24

"Perintah-perintah ini adalah perintah-perintah tentang Paskah, tentang korban persembahan, tentang perjamuan, tentang roti yang tidak beragi, tentang roti asam-mayur, tentang segala yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa di gunung Sinai."

Memahami Perintah Penting dari Allah

Kitab Keluaran merupakan salah satu bagian terpenting dalam Alkitab, yang mencatat peristiwa pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Pasal 12 dan 24 dari kitab ini menyoroti dua momen krusial yang membentuk identitas dan hubungan bangsa Israel dengan Allah. Keluaran 12 memperkenalkan Perayaan Paskah, sebuah perintah ilahi yang menjadi pengingat abadi akan campur tangan Allah yang penuh kuasa dalam menyelamatkan umat-Nya. Sementara itu, Keluaran 24 merinci perjanjian yang dibuat di Gunung Sinai, sebuah momen sakral di mana Allah mengukuhkan hubungan perjanjian-Nya dengan Israel, memberikan hukum-Nya, dan menguduskan mereka sebagai umat-Nya.

Dalam Keluaran 12, perintah untuk merayakan Paskah bukan sekadar ritual, melainkan sebuah pengingat dinamis tentang keluputan. Setiap elemen dalam perayaan – domba Paskah, roti yang tidak beragi, dan rempah pahit – memiliki makna simbolis yang mendalam. Domba yang dikorbankan melambangkan pengorbanan Kristus di kemudian hari, darahnya yang dioleskan di tiang pintu rumah umat Israel menjadi tanda perlindungan dari malaikat maut. Roti yang tidak beragi melambangkan kesucian dan ketulusan dalam hidup, serta kesiapan untuk segera meninggalkan Mesir. Perintah ini menekankan pentingnya mewariskan kisah pembebasan ini dari generasi ke generasi, memastikan bahwa umat Allah tidak pernah melupakan kebaikan dan kesetiaan-Nya. Ini adalah peringatan agar selalu menghargai kebebasan yang diberikan dan tetap setia pada Sang Pemberi Kebebasan.

Selanjutnya, Keluaran 24 menggambarkan sebuah peristiwa yang mendasar dalam sejarah Israel: pembentukan perjanjian di Gunung Sinai. Musa, sebagai perantara, naik ke gunung dan menerima perintah serta hukum dari Allah. Penandatanganan perjanjian ini disaksikan oleh para tua-tua Israel dan diresmikan dengan percikan darah. Darah ini bukan hanya simbol pengorbanan, tetapi juga tanda kesucian dan pemurnian yang memungkinkan umat berdosa untuk berhubungan dengan Allah yang kudus. Perjanjian ini mengikat Israel pada ketaatan terhadap hukum Allah, dan sebagai imbalannya, Allah berjanji untuk menjadi Tuhan mereka dan melindungi mereka. Ini adalah fondasi dari hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya, yang terus bergema sepanjang sejarah keselamatan.

Kedua pasal ini, Keluaran 12 dan 24, saling melengkapi. Paskah mengingatkan tentang tindakan penyelamatan Allah yang telah terjadi, sementara perjanjian Sinai menetapkan standar hidup dan hubungan yang diharapkan dari umat yang telah diselamatkan. Keduanya menekankan bahwa hubungan dengan Allah dibangun atas dasar kasih karunia-Nya dan respons ketaatan manusia. Memahami perintah yang terkandung dalam kedua pasal ini memberikan wawasan berharga tentang sifat Allah, kehendak-Nya bagi umat-Nya, dan prinsip-prinsip kehidupan rohani yang relevan hingga kini. Mereka mengingatkan kita akan pentingnya mengingat karya penyelamatan Allah, hidup dalam ketaatan terhadap firman-Nya, dan terus memperbaharui komitmen kita kepada-Nya.

Mari kita merenungkan pesan-pesan abadi dari Keluaran 12 dan 24. Perayaan Paskah mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas pembebasan yang telah dianugerahkan, baik secara fisik maupun rohani, melalui pengorbanan Kristus. Perjanjian di Sinai mengingatkan kita akan panggilan kita untuk hidup kudus dan taat, serta janji Allah yang setia untuk menyertai kita. Dengan menggabungkan kedua perspektif ini, kita dapat bertumbuh dalam pemahaman kita tentang kasih Allah yang luar biasa dan panggilan-Nya bagi kita untuk hidup sebagai umat-Nya yang taat dan bersukacita.

Baca lebih lanjut tentang kebijaksanaan ilahi di [Situs Web Keagamaan Lainnya]