Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya terhadap bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kau perbuat terhadap bangsa itu? Mengapakah engkau duduk seorang diri, dan seluruh bangsa itu menunggu dari pagi sampai petang?"
Simbol Keadilan dan Ketertiban
Keluaran 18:14 mencatat sebuah momen penting dalam perjalanan bangsa Israel yang dipimpin oleh Musa. Ayat ini muncul dalam konteks nasihat yang diberikan oleh Yitro, mertua Musa, yang mengunjungi Musa setelah bangsa Israel keluar dari Mesir. Yitro menyaksikan bagaimana Musa menghabiskan seluruh waktunya untuk duduk sebagai hakim, mendengarkan setiap masalah dari setiap individu dalam bangsa itu. Dari pagi hingga petang, Musa menjadi pusat dari segala urusan, dan seluruh bangsa Israel menunggu gilirannya untuk mendapatkan penyelesaian dari masalah mereka.
Perasaan Yitro terkejut terlihat jelas dari pertanyaannya. Ia tidak mengerti mengapa Musa mengorbankan dirinya sendiri dengan cara yang sedemikian intens. Pertanyaan "Mengapakah engkau duduk seorang diri, dan seluruh bangsa itu menunggu dari pagi sampai petang?" menyiratkan kekhawatiran yang mendalam terhadap efektivitas sistem yang ada dan kesejahteraan Musa sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun niat Musa baik untuk melayani bangsanya, metode yang ia gunakan ternyata tidak berkelanjutan dan berpotensi menimbulkan masalah baru.
Keluaran 18:14 bukan sekadar gambaran sebuah adegan, tetapi sebuah ilustrasi yang mendalam tentang tantangan kepemimpinan. Musa, sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, menghadapi tugas yang luar biasa berat. Ia tidak hanya memimpin sebuah bangsa yang baru saja dibebaskan dari perbudakan, tetapi juga bertanggung jawab atas segala aspek kehidupan mereka, termasuk penyelesaian perselisihan hukum dan sipil. Dalam upaya memenuhi panggilan ilahi, Musa menunjukkan dedikasi yang luar biasa. Namun, Yitro dengan bijak melihat bahwa bahkan dedikasi terbesar pun dapat menjadi tidak efektif jika tidak diorganisir dengan baik.
Nasihat Yitro yang mengikuti ayat ini (dalam Keluaran 18:15-26) sangatlah krusial. Ia menyarankan Musa untuk membentuk sistem peradilan yang lebih terstruktur. Musa dianjurkan untuk menunjuk para pemimpin yang cakap, yang takut akan Tuhan, dapat dipercaya, dan membenci keserakahan, untuk menjadi hakim atas masalah-masalah kecil. Musa sendiri hanya akan menangani kasus-kasus yang lebih berat atau yang membutuhkan petunjuk ilahi. Pendekatan ini tidak hanya meringankan beban Musa, tetapi juga memungkinkan penyelesaian masalah yang lebih cepat dan efisien bagi bangsa Israel.
Pelajaran yang dapat diambil dari Keluaran 18:14 sangat relevan hingga kini. Ia mengajarkan kepada kita pentingnya delegasi dalam kepemimpinan. Setiap individu, betapapun berdedikasinya, memiliki keterbatasan fisik dan mental. Upaya untuk menangani segalanya sendiri seringkali justru menghasilkan kelelahan, penundaan, dan kesalahan. Sebaliknya, dengan memberdayakan orang lain dan membangun sistem yang solid, seorang pemimpin dapat fokus pada tugas-tugas strategis dan memastikan kesejahteraan serta kemajuan organisasi atau komunitas yang dipimpinnya. Hal ini juga mendorong pertumbuhan dan pengembangan potensi orang-orang di sekitarnya, menciptakan tim yang lebih kuat dan tangguh.
Kisah ini juga menyoroti pentingnya mendengarkan nasihat yang baik, bahkan dari sumber yang mungkin tidak terduga. Yitro, seorang asing bagi bangsa Israel, memberikan perspektif yang objektif dan solusi yang sangat praktis. Ini mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan dapat datang dari mana saja, dan sikap terbuka untuk belajar adalah ciri pemimpin yang bijaksana. Keluaran 18:14, dengan kesederhanaannya, membuka pintu kepada pemahaman yang lebih dalam tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif, yang berakar pada keadilan, efisiensi, dan pemeliharaan diri pemimpin itu sendiri demi melayani umatnya dengan lebih baik.