Surat Al-Baqarah Ayat 22

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah tandingan, padahal kamu mengetahui."

Ilustrasi keindahan alam ciptaan Allah sebagai sumber rezeki.

Ayat ke-22 dari Surat Al-Baqarah ini menyajikan sebuah gambaran yang luar biasa mengenai kekuasaan dan rahmat Allah SWT sebagai Sang Pencipta. Allah SWT memperkenalkan diri-Nya sebagai Zat yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan yang kokoh dan aman untuk kita tinggali dan manfaatkan. Ini bukan sekadar permukaan rata, melainkan sebuah fondasi yang kuat, lengkap dengan segala sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya. Keadaan bumi yang stabil memungkinkan kita untuk membangun peradaban, bertani, dan menjalani kehidupan dengan tenteram.

Selain bumi, langit pun diibaratkan sebagai atap pelindung. Langit yang membentang luas ini bukan hanya sekadar batas pandangan, tetapi juga berfungsi sebagai penahan atmosfer, pelindung dari radiasi berbahaya, dan tempat bagi benda-benda langit yang mengatur siklus alam. Keseimbangan atmosfer dan orbit bumi adalah bukti kehebatan ciptaan-Nya yang seringkali kita anggap remeh.

Puncak dari karunia ilahi yang dijelaskan dalam ayat ini adalah penurunan air (hujan) dari langit. Hujan bukanlah kejadian acak, melainkan sebuah proses vital yang dikendalikan oleh Allah. Air ini kemudian menjadi sumber kehidupan, mengalirkan kesuburan ke seluruh penjuru bumi. Berkat hujan inilah, Allah mampu menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki. Buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan segala jenis tumbuhan yang kita nikmati berasal dari proses alamiah yang dimulai dari tetesan air hujan. Ini adalah manifestasi nyata dari kasih sayang Allah yang senantiasa memberikan kecukupan bagi hamba-hamba-Nya.

Setelah memaparkan karunia-karunia besar tersebut, ayat ini memberikan sebuah peringatan penting: "Maka janganlah kamu menjadikan bagi Allah tandingan, padahal kamu mengetahui." Peringatan ini ditujukan kepada setiap individu yang telah menyaksikan dan merasakan bukti-bukti kekuasaan serta kebaikan Allah. Menjadikan tandingan bagi Allah berarti menyekutukan-Nya, menyembah selain-Nya, atau meyakini ada kekuatan lain yang setara dengan-Nya dalam penciptaan, pengaturan alam semesta, atau pemberian rezeki. Padahal, segala bukti nyata telah menunjukkan bahwa hanya Allahlah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kita mengetahui bahwa alam ini diciptakan dan diatur oleh satu Kekuatan Maha Agung, dan segala manfaat yang kita peroleh adalah anugerah dari-Nya semata. Oleh karena itu, sudah seharusnya hati dan lisan kita senantiasa mengakui keesaan-Nya dan tidak menyimpang dari jalan Tauhid.

Pemahaman mendalam terhadap ayat ini mengajarkan kita untuk terus merenungi kebesaran ciptaan Allah, mensyukuri setiap nikmat yang diberikan, dan memperkuat keyakinan akan keesaan-Nya. Keindahan alam yang digambarkan, mulai dari hamparan bumi, atap langit, hingga aliran air hujan yang menyuburkan tanaman, semuanya adalah ayat-ayat kauniyah yang seharusnya mengantarkan kita untuk lebih mengenal Sang Pencipta. Dengan demikian, kita akan terhindar dari kesesatan dan senantiasa berada di jalan yang diridhai-Nya.