"Dan engkau harus memasang kelima tirai itu berdampingan satu sama lain, dan kelima tirai yang lain itu juga harus engkau pasang berdampingan satu sama lain; dan engkau harus membuat kelima tirai itu berlipat dua pada bagian depannya."
Ayat Keluaran 26:9 memberikan gambaran rinci tentang bagaimana tirai untuk Kemah Suci atau Tabernakel dirancang dan dipasang. Perintah ini berasal dari Tuhan sendiri, yang menunjukkan betapa pentingnya detail dan ketelitian dalam setiap aspek penyembahan dan kekudusan. Tirai ini bukan sekadar penutup, melainkan bagian integral dari struktur Tabernakel yang memiliki makna teologis yang mendalam.
Deskripsi tentang "lima tirai yang berdampingan" dan kemudian "lima tirai yang lain juga harus engkau pasang berdampingan" menyiratkan adanya dua bagian besar yang saling menyambung, membentuk dinding Tabernakel. Konsep ini sering diinterpretasikan sebagai representasi dua belahan umat atau dua aspek perjanjian yang menyatu. Bahan yang digunakan untuk tirai-tirai ini dilaporkan dalam pasal sebelumnya adalah linen halus yang dipilin, dengan benang berwarna biru keunguan, ungu, dan merah kirmizi, serta tambahan kerub yang ditenun dengan keahlian. Ini menunjukkan kemewahan, kekayaan, dan keagungan yang harus terpancar dari tempat kediaman Allah di tengah umat-Nya.
Kemudian, frasa "engkau harus membuat kelima tirai itu berlipat dua pada bagian depannya" adalah poin kunci yang menarik. Lipatan ini bisa berarti penambahan ketebalan, kekuatan, atau estetika. Dalam konteks spiritual, lipatan ini bisa melambangkan keindahan berlapis-lapis dari kebenaran ilahi, atau cara Tuhan menyingkapkan diri-Nya secara bertahap kepada umat-Nya. Lipatan ini juga mungkin berfungsi untuk memberikan perlindungan tambahan, baik dari cuaca maupun dari pandangan yang tidak semestinya. Kehati-hatian dalam setiap sambungan dan lipatan menunjukkan bahwa setiap elemen dalam rencana ilahi memiliki tujuan dan makna.
Tirai Tabernakel secara simbolis sering dikaitkan dengan Kristus. Seperti tirai yang membatasi dan melindungi, Kristus juga adalah jalan masuk dan perlindungan bagi kita untuk mendekat kepada Allah. Perjanjian Baru menjelaskan bahwa ketika Yesus disalibkan, tirai Bait Suci terbelah dua dari atas ke bawah (Matius 27:51). Peristiwa ini melambangkan terbukanya akses langsung kepada Allah melalui pengorbanan Kristus, yang sebelumnya dibatasi oleh berbagai peraturan dan sistem keimaman. Lipatan pada tirai Tabernakel yang dijelaskan dalam Keluaran 26:9 dapat juga mengingatkan kita pada "kain kemah" yang dibicarakan dalam Ibrani 10:20, yang dirobek Kristus sebagai jalan baru yang hidup.
Detail seperti warna-warna cerah (biru keunguan, ungu, merah kirmizi) dan tenunan kerub menunjukkan bahwa penyembahan kepada Tuhan haruslah indah, teratur, dan penuh hormat. Ini bukan sekadar ritual belaka, melainkan ekspresi dari hati yang mengasihi dan menghargai kekudusan-Nya. Keluaran 26:9, dalam kesederhanaannya, mengajarkan kita pentingnya perhatian terhadap detail dalam ibadah kita, betapa pun kecilnya hal itu terlihat. Hal-hal yang tampak remeh seringkali justru menyingkapkan kedalaman makna dan kasih karunia ilahi. Ketika kita memahami rancangan Tabernakel, kita melihat gambaran kasih Allah yang terstruktur dan terperinci untuk membawa umat-Nya ke dalam hadirat-Nya.
Memahami instruksi rinci seperti ini dari Tuhan juga mengingatkan kita akan kebesaran-Nya dan ketertarikan-Nya pada detail dalam hubungan-Nya dengan manusia. Tabernakel adalah bukti fisik dari janji Tuhan untuk berdiam di antara umat-Nya. Setiap komponennya, termasuk tirai yang dilipat ini, adalah bagian dari gambaran yang lebih besar tentang penebusan dan pemulihan hubungan antara Allah dan ciptaan-Nya.