Keluaran 28:31

"Engkau juga harus membuat tunik dari tenunan biru untuk efod, dan di tepiannya harus ada pinggiran dari tenunan yang berwarna ungu.

Visualisasi Kain Bertuah

Alt text: Visualisasi abstrak dari kain tenunan berwarna biru dan ungu yang menggambarkan kemewahan dan ketelitian.

Makna Mendalam di Balik Pakaian Imam Besar

Ayat yang diambil dari Kitab Keluaran 28:31 menggambarkan salah satu detail penting dalam pembuatan pakaian Imam Besar di zaman Perjanjian Lama. Perintah ini bukan sekadar tentang estetika, melainkan memiliki makna teologis yang mendalam. Pakaian Imam Besar, terutama tunik dari tenunan biru dan pinggiran berwarna ungu, melambangkan status kekudusan, kemuliaan, dan otoritas yang dipercayakan oleh Tuhan.

Warna biru seringkali dikaitkan dengan langit, keilahian, dan kesetiaan. Penggunaan tunik dari tenunan biru menunjukkan bahwa Imam Besar bertindak sebagai wakil umat manusia di hadapan Tuhan yang Maha Kudus. Ia adalah perantara yang membawa persembahan dan doa-doa bangsa Israel. Sementara itu, pinggiran berwarna ungu memiliki konotasi kemuliaan, kebesaran, dan kerajaan. Dalam konteks pakaian kebesaran, ungu seringkali digunakan oleh para raja dan orang-orang yang berkedudukan tinggi. Penggabungan kedua warna ini pada pakaian Imam Besar menggarisbawahi peran ganda beliau: sebagai hamba yang melayani Tuhan, sekaligus sebagai pemegang otoritas ilahi.

Proses penenunan itu sendiri juga patut diperhatikan. Perintah untuk membuat tunik dari "tenunan biru" menyiratkan kerumitan dan ketelitian. Ini bukan sekadar kain biasa, melainkan karya seni yang dibuat dengan penuh dedikasi dan keahlian. Hal ini dapat diartikan sebagai cerminan dari kekudusan Tuhan yang sempurna dan tuntutan-Nya agar segala sesuatu yang dipersembahkan kepada-Nya dilakukan dengan kualitas terbaik, penuh hormat, dan tanpa cacat.

Dalam konteks keselamatan umat manusia, pemahaman mengenai Imam Besar dan pakaiannya menjadi relevan ketika kita melihat Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung. Dalam Perjanjian Baru, Yesus dikenakan dengan kemuliaan dan otoritas ilahi, dan pengorbanan-Nya yang sempurna menjadi dasar bagi pengampunan dosa umat manusia. Pakaian Imam Besar di Perjanjian Lama menjadi bayangan atau tipologi dari pelayanan Kristus yang lebih mulia. Perintah spesifik mengenai warna dan tenunan, seperti yang tertulis pada Keluaran 28 31, mengingatkan kita akan persiapan yang teliti dan keagungan yang mengelilingi hubungan antara Tuhan dan umat-Nya, bahkan sebelum kedatangan Mesias.

Memahami detail-detail seperti ini membantu kita mengapresiasi kekayaan simbolisme dalam Kitab Suci. Pakaian Imam Besar bukan hanya hiasan, tetapi merupakan alat pengajaran visual yang kuat tentang sifat Tuhan, status umat-Nya, dan cara berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Setiap benang, setiap warna, dan setiap pola memiliki tujuan untuk menyatakan kebesaran dan kekudusan Tuhan, serta pentingnya pengantaraan yang kudus antara dunia ini dan hadirat-Nya. Dengan mengenakan pakaian tersebut, Imam Besar secara fisik menunjukkan kepada seluruh bangsa Israel betapa seriusnya panggilan untuk mendekat kepada Tuhan dan betapa besar perbedaan antara kekudusan Tuhan dan ketidaksempurnaan manusia.

Fokus pada Keluaran 28 31 memberikan kita jendela untuk melihat bagaimana Tuhan mengatur ibadah dan interaksi dengan umat-Nya. Ia menginginkan kedekatan, namun kedekatan itu harus didasari oleh kekudusan dan penghormatan. Pakaian Imam Besar adalah pengingat visual yang terus-menerus tentang standar ilahi tersebut. Saat kita merenungkan ayat ini, kita diingatkan akan karya Kristus yang telah memungkinkan kita untuk mendekat kepada Tuhan dengan kebebasan dan keberanian, berkat kemuliaan-Nya yang kini terungkap dalam diri kita.