"Kemudian engkau harus membuat efod dari emas, dari kain biru, kain ungu dan kain kirmizi, dan dari lenan halus yang dipilin, semuanya buatan seorang tukang ahli.
Pada dia punya bahu haruslah ada dua batu permata krisopras, dan pada masing-masing batu itu harus terukir nama anak-anak Israel, enam nama pada satu batu, dan nama enam yang lain pada batu yang kedua."
Ayat-ayat dari Kitab Keluaran, khususnya pasal 28 ayat 32, membawa kita pada gambaran mendalam mengenai kekudusan dan peran penting seorang imam besar dalam tradisi Israel kuno. Perintah ilahi untuk membuat jubah imam besar yang disebut "efod" bukanlah sekadar instruksi mengenai pakaian, melainkan manifestasi simbolis dari otoritas, persekutuan, dan pelayanan yang dipercayakan kepada mereka. Emas, kain biru, ungu, kirmizi, dan lenan halus yang dipilin, semuanya merupakan materi pilihan yang sarat makna. Emas melambangkan kemuliaan dan keagungan ilahi, sementara warna-warna seperti biru, ungu, dan kirmizi sering dikaitkan dengan kebangsawanan, kekayaan, dan kekudusan yang mendalam. Lenan halus yang dipilin menyimbolkan kemurnian dan kesucian yang harus dimiliki oleh siapa saja yang mendekati hadirat Tuhan.
Fokus khusus pada dua batu permata krisopras yang terukir nama-nama suku Israel menunjukkan beban tanggung jawab yang dipikul oleh imam besar. Batu-batu ini ditempatkan pada bagian bahu efod, yang menyiratkan bahwa seluruh beban dan tanggung jawab umat ditanggung oleh imam besar. Setiap nama yang terukir di sana bukan hanya sekadar identitas, tetapi representasi dari doa, permohonan, dan pengakuan iman seluruh umat Israel. Dengan mengenakan efod ini, imam besar secara fisik membawa umatnya ke hadapan Tuhan. Ini adalah pengingat konstan akan hubungan timbal balik antara Tuhan dan umat-Nya, serta peran krusial imam sebagai perantara.
Keluaran 28 32 menyoroti pentingnya detail dalam ibadah yang dikehendaki Tuhan. Setiap elemen dari efod memiliki tujuan dan makna, menekankan bahwa ibadah yang sejati harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh hormat. Pembuatan efod ini juga membutuhkan keahlian khusus, "buatan seorang tukang ahli." Ini menunjukkan bahwa dalam melayani Tuhan, talenta dan keterampilan harus dikembangkan dan dipersembahkan sebagai bentuk penghormatan tertinggi. Keahlian mereka bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan umat-Nya.
Batu krisopras sendiri dikenal memiliki warna hijau cerah yang menenangkan, sering kali diasosiasikan dengan kesegaran dan kehidupan. Terukirnya nama-nama Israel di atasnya memberikan makna yang lebih dalam, yaitu harapan dan keberlangsungan umat di hadapan Tuhan. Imam besar, dengan mengenakan efod yang dihiasi batu-batu ini, menjadi simbol hidup dari janji Tuhan untuk tidak melupakan umat-Nya, bahkan di tengah-tengah ketidaksempurnaan mereka.
Kisah ini bukan hanya catatan sejarah kuno, tetapi juga memberikan pelajaran rohani yang relevan bagi kehidupan modern. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki wakil yang dapat membawa kebutuhan kita kepada Tuhan, baik itu melalui doa pribadi maupun melalui komunitas iman. Ia juga mengingatkan kita bahwa dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam pelayanan, Tuhan menghargai ketelitian, dedikasi, dan penggunaan talenta yang terbaik untuk kemuliaan-Nya. Semangat Keluaran 28 32 terus menginspirasi kita untuk mendekati Tuhan dengan hormat, membawa beban sesama, dan mengenakan "pakaian" kekudusan dalam setiap tindakan kita.