"Pada ujung bawahnya haruslah ada buah delima dari bahan biru keunguan, dari bahan ungu penenun, dari bahan kirmizi keunguan dan dari bahan lenan halus yang dipintal, demikianlah pada sekelilingnya pada ujung bawahnya. Untuk Yosua."
Ayat dari Kitab Keluaran 28 34 membawa kita pada gambaran rinci mengenai pakaian seragam yang dikenakan oleh Harun dan keturunannya, para imam besar, saat menjalankan tugas pelayanan di hadapan TUHAN. Keindahan dan makna simbolis dari setiap elemen pakaian ini sangatlah mendalam, mencerminkan kekudusan, otoritas, dan hubungan khusus antara Allah dengan umat-Nya. Pakaian ini bukan sekadar ornamen, melainkan bagian integral dari ibadah yang dirancang dengan cermat oleh Sang Pencipta.
Pasal 28 Kitab Keluaran secara spesifik menggambarkan berbagai bagian dari pakaian imam besar: efod, perisai penilaian, jubah, kemeja dari lenan halus, serban, dan ikat pinggang. Setiap unsur memiliki detail dan makna teologisnya sendiri. Namun, ayat Keluaran 28 34 secara khusus menyoroti bagian bawah jubah imam besar. Di sana, terdapat rangkaian buah delima yang terbuat dari campuran warna-warna mulia: biru keunguan, ungu penenun, kirmizi keunguan, dan lenan halus yang dipintal.
Buah delima dalam tradisi kuno seringkali melambangkan kesuburan, kelimpahan, dan kehidupan. Penggunaannya dalam pakaian imam besar menunjukkan harapan bahwa pelayanan mereka akan membawa berkat dan kelimpahan rohani bagi seluruh umat Israel. Warna-warna yang disebutkan—biru keunguan, ungu, dan kirmizi—adalah warna-warna yang mewah dan sering dikaitkan dengan kebangsawanan, kekayaan, dan kemuliaan ilahi. Hal ini menegaskan status imam besar sebagai perwakilan umat di hadapan Allah yang Mahatinggi. Lenan halus yang dipintal, yang juga menjadi bahan dasar, melambangkan kemurnian dan kekudusan yang seharusnya dimiliki oleh mereka yang mendekat kepada Allah.
Kombinasi warna dan buah delima ini menciptakan sebuah visual yang kaya makna. Buah delima yang bergantian dengan lonceng kecil pada ujung bawah jubah imam besar (seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, Keluaran 28:33-34) memiliki tujuan praktis dan simbolis. Lonceng tersebut akan berbunyi saat imam besar masuk ke Ruang Mahakudus, menandakan kehadirannya dan mencegah kematiannya jika ia mendekat dengan cara yang tidak berkenan. Ini adalah pengingat konstan tentang bahaya dan keseriusan mendekati hadirat Allah yang kudus.
Ayat Keluaran 28 34, dengan penekanannya pada detail buah delima dan warnanya, memperkuat gagasan bahwa setiap aspek ibadah kepada Allah harus dilakukan dengan penuh hormat, ketelitian, dan kesadaran akan kekudusan-Nya. Pakaian ini bukan sekadar kostum, melainkan sarana visual untuk mengajarkan kebenaran ilahi kepada umat. Warna-warna cerah dan indah yang digunakan mencerminkan kemuliaan dan keindahan karakter Allah sendiri.
Secara keseluruhan, gambaran dalam Keluaran 28 34 adalah pengingat akan pentingnya pendamaian dan peran perantara. Imam besar adalah sosok yang dipanggil untuk berdiri di antara Allah yang kudus dan umat yang berdosa. Pakaiannya yang megah dan penuh simbolisme berfungsi untuk mengingatkan semua orang tentang standar kekudusan Allah dan kebutuhan akan pengorbanan yang sempurna. Keindahan warna-warna dan detail buah delima pada ujung bawah jubahnya mengundang kita untuk merenungkan betapa teliti dan penuh kasih rancangan Allah untuk memulihkan hubungan-Nya dengan umat manusia.