"Buatlah pada tepi bawahnya pohon delima dari kain ungu kebiruan dan dari kain ungu kemerah-merahan, sekeliling tepinya; dan di antaranya ada genta-genta emas."
Simbol kemuliaan dan detail yang bermakna.
Ayat yang diambil dari Kitab Keluaran 28:33 memberikan gambaran detail yang sangat spesifik mengenai pakaian Imam Besar. Fokus pada "pohon delima dari kain ungu kebiruan dan dari kain ungu kemerah-merahan" yang menghiasi tepi bawah jubahnya, serta penyertaan "genta-genta emas" di antaranya, bukan sekadar ornamen belaka. Ini adalah elemen simbolis yang mendalam dalam tradisi keagamaan Israel kuno, yang dirancang untuk menggambarkan kemuliaan, kekudusan, dan peran penting Imam Besar di hadapan Tuhan dan umat-Nya.
Warna ungu kebiruan dan ungu kemerah-merahan adalah pewarna yang sangat mahal dan langka pada zaman itu, seringkali dikaitkan dengan kerajaan, kebangsawanan, dan kemewahan. Penggunaan warna-warna ini pada pakaian Imam Besar menegaskan kedudukannya yang istimewa, sebagai wakil umat manusia di hadapan Tuhan, serta mencerminkan otoritas dan kehormatan yang dipercayakan kepadanya. Pohon delima sendiri dalam berbagai budaya kuno sering melambangkan kesuburan, kelimpahan, dan kehidupan. Kombinasi simbol ini mungkin mengisyaratkan bahwa Imam Besar membawa harapan akan berkat dan kelimpahan ilahi bagi umatnya.
Keberadaan genta-genta emas yang diselingi di antara pohon-pohon delima memiliki fungsi praktis sekaligus simbolis. Fungsi praktisnya adalah untuk mengeluarkan suara gemerincing saat Imam Besar bergerak di dalam Kemah Suci. Suara ini berfungsi sebagai pengingat bagi umat yang berada di luar bahwa imam sedang menjalankan tugas pelayanannya. Ini juga dapat diartikan sebagai cara untuk mengumumkan kehadirannya di hadapan Tuhan, mengingatkan bahwa ia tidak datang dengan tangan kosong, melainkan membawa doa dan permohonan umat.
Lebih dari sekadar estetika, detail-detail ini menekankan pentingnya keluaran 28 33 dan instruksi Tuhan yang teliti. Setiap elemen pada pakaian Imam Besar merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar untuk menjaga kekudusan dan keseriusan ibadah. Genta-genta emas yang berbunyi dapat diinterpretasikan sebagai suara umat yang berseru kepada Tuhan, atau sebagai tanda bahwa Tuhan mendengar dan memperhatikan umat-Nya melalui pelayanannya. Ketiadaan suara dari Imam Besar bisa berarti kematiannya di hadapan Tuhan, menekankan betapa berbahaya dan sucinya tugas tersebut.
Dengan demikian, deskripsi dalam Keluaran 28:33 bukan hanya catatan sejarah tentang pakaian keagamaan, tetapi sebuah pengajaran teologis yang kaya. Ini mengajarkan tentang pentingnya persiapan, ketelitian dalam setiap detail ibadah, serta peran mediasi yang diemban oleh Imam Besar. Setiap elemen, mulai dari warna ungu hingga bunyi genta emas, berfungsi untuk mengarahkan pandangan dan hati kepada Tuhan, mengingatkan akan kekudusan-Nya, kebesaran-Nya, dan bagaimana manusia dapat mendekat kepada-Nya melalui perantaraan yang telah ditetapkan.
Detail tentang pohon delima dan genta emas ini juga menegaskan bahwa Tuhan sangat peduli pada cara umat-Nya beribadah dan mendekat kepada-Nya. Instruksi yang begitu rinci menunjukkan bahwa tidak ada aspek kecil dalam hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta yang luput dari perhatian-Nya. Ini memberikan wawasan tentang bagaimana kita, bahkan di era modern, seharusnya memandang kekudusan, ketelitian, dan kesungguhan dalam setiap aspek ibadah kita, merujuk kembali pada prinsip-prinsip yang ditetapkan sejak zaman kuno, seperti yang tertera dalam keluaran 28 33.