Simbol Perisai dengan Pancaran Cahaya

Keluaran 28 & 36

"Mengenai orang-orang yang berakal budi, TUHAN telah memanggil mereka dengan nama dengan Roh-Nya.
Dan Dia telah mengajarkan mereka hikmat dan keahlian, agar mereka dapat membuat segala pekerjaan perhiasan, dan segala pekerjaan tukang tenun dengan berbagai warna, dan segala pekerjaan tukang emas dan perak, dan dengan segala pekerjaan tukang kayu yang mengerjakan segala macam pekerjaan."

Makna di Balik Rancangan Ilahi

Kitab Keluaran, khususnya pasal 28 dan 36, mengisahkan secara rinci tentang perintah Tuhan kepada Musa untuk mendirikan Kemah Suci dan membuat perlengkapan ibadah. Ini bukan sekadar daftar instruksi teknis, melainkan sebuah gambaran mendalam tentang bagaimana Tuhan menghendaki kehadiran-Nya di tengah umat-Nya. Rancangan yang diberikan bukan berasal dari pemikiran manusia, melainkan dari hikmat ilahi yang ditanamkan kepada para tukang yang berakal budi. Mereka dipenuhi Roh Tuhan, memungkinkan mereka untuk menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna.

Fokus pada perhiasan, tenunan dengan berbagai warna, serta pengerjaan emas dan perak, menunjukkan betapa Tuhan menghargai keindahan dan ketelitian dalam segala sesuatu yang dipersembahkan kepada-Nya. Ini bukanlah hal yang remeh. Setiap benang, setiap ukiran, setiap permata memiliki makna simbolisnya sendiri. Perintah-perintah ini menekankan aspek kesucian, kemuliaan, dan kehadiran Tuhan yang terwujud dalam bentuk fisik yang dapat dilihat dan disentuh oleh umat-Nya.

Keindahan yang Melambangkan Ketenangan dan Keteraturan

Warna-warna yang disebutkan dalam perikop ini, seperti biru, ungu, dan merah, serta penggunaan emas yang berkilauan, menciptakan gambaran visual yang kaya dan mengesankan. Warna-warna ini sering kali dikaitkan dengan kerajaan, kemuliaan, dan kesucian. Penggunaan bahan-bahan terbaik seperti emas, perak, tembaga, kain lenan halus, dan permata menunjukkan bahwa apa yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah yang terbaik dari yang dimiliki.

Lebih dari sekadar estetika, keindahan ini melambangkan ketenangan dan keteraturan ilahi. Dalam kekacauan dunia, Kemah Suci dan perlengkapannya menjadi representasi dari ketertiban dan kedamaian yang berasal dari Tuhan. Keahlian para tukang, yang bekerja dengan teliti dan penuh dedikasi, mencerminkan keseriusan dan kehormatan dalam mendekati Yang Mahakudus. Ini adalah pengingat bahwa setiap detail dalam kehidupan rohani kita, sekecil apapun, memiliki tempatnya dan dapat menjadi bagian dari persembahan yang indah bagi Tuhan.

Keluaran 28 & 36: Kontekstualisasi Kekinian

Meskipun kita tidak lagi membangun Kemah Suci secara fisik seperti di zaman Musa, prinsip-prinsip di baliknya tetap relevan. Kitsab Keluaran mengajarkan kita pentingnya mempersiapkan diri dengan hati yang tulus dan keahlian yang diberikan Tuhan ketika kita beribadah atau melayani. Perhatian terhadap detail, ketelitian, dan penggunaan sumber daya yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan tetap menjadi nilai yang berharga.

Pasal 36, yang menguraikan bagaimana umat Israel memberikan persembahan sukarela dan para pekerja dengan ahli mengerjakannya, menunjukkan pentingnya partisipasi aktif dan kemauan untuk memberi. Hikmat dan keahlian yang dianugerahkan Tuhan bukan hanya untuk kepuasan pribadi, tetapi untuk membangun sesuatu yang lebih besar, yaitu kemuliaan-Nya dan kemakmuran umat-Nya. Kisah ini adalah undangan untuk terus mengasah bakat kita dan mempersembahkannya kepada Tuhan dengan sukacita dan ketekunan, menciptakan "perhiasan iman" dalam kehidupan kita sehari-hari.