"Maka haruslah engkau membuat sebuah tunik dari lenan halus yang dicuci, dan sebuah serban dari lenan halus, dan sebuah ikat pinggang dari tenunan yang berwarna-warna."
Teks dalam Keluaran 28 ayat 35 menguraikan salah satu dari banyak detail spesifik yang Tuhan berikan kepada Musa mengenai perlengkapan pakaian bagi Harun dan keturunannya yang akan melayani sebagai imam. Perintah-perintah ini bukan sekadar arahan mode, melainkan sarat dengan makna teologis dan simbolisme yang mendalam. Pakaian imam bukanlah pakaian biasa; ia dirancang untuk membedakan mereka, menguduskan mereka untuk tugas mereka, dan mengingatkan mereka serta umat Israel tentang kehadiran dan kekudusan Tuhan.
Tunik yang terbuat dari lenan halus yang dicuci, serban, dan ikat pinggang yang berwarna-warna, semuanya memiliki fungsi dan signifikansinya sendiri. Lenan halus sering kali dikaitkan dengan kemurnian dan kekudusan. Fakta bahwa itu harus dicuci menunjukkan pentingnya kebersihan rohani dan jasmani sebelum mendekat kepada Tuhan. Dalam konteks ibadah kuno, kotoran atau ketidakmurnian dapat membawa hukuman ilahi. Oleh karena itu, pakaian yang rapi dan bersih adalah cerminan dari sifat Tuhan yang suci dan persyaratan untuk mendekat kepada-Nya.
Ikat pinggang yang terbuat dari tenunan yang berwarna-warna menambah dimensi visual yang kaya. Warna-warna ini kemungkinan besar merujuk pada simbolisme yang sudah dikenal dalam tradisi Israel kuno, sering kali mewakili kebijaksanaan, keadilan, keagungan, dan kemuliaan ilahi. Kombinasi warna-warna ini pada ikat pinggang yang mengikat pakaian imam menandakan bahwa tugas imamat mencakup semua aspek penting dari karakter dan pemerintahan Tuhan.
Serban (atau destar) dikenakan di kepala, tempat pikiran dan keputusan berada. Ini menandakan bahwa imam bertindak atas nama Tuhan dan mewakili umat di hadapan-Nya, serta mewakili Tuhan di hadapan umat. Pentingnya pakaian ini juga diperkuat oleh fakta bahwa Tuhan memberikan instruksi yang sangat rinci, bahkan mengenai bahan, warna, dan desainnya. Ini menunjukkan bahwa bahkan aspek-aspek lahiriah dari ibadah memiliki tempat yang penting dalam rencana ilahi.
Melalui pakaian ini, imam menjadi perantara yang terlihat antara Tuhan yang kudus dan umat-Nya yang tidak kudus. Mereka adalah orang-orang yang secara rutin memasuki tempat kudus untuk mempersembahkan korban, menyalakan kemenyan, dan melakukan ritual lain yang ditetapkan. Pakaian khusus mereka berfungsi sebagai pengingat visual yang konstan akan pemisahan antara yang suci dan yang biasa, serta tanggung jawab besar yang diemban oleh para imam. Keluaran 28 35, bersama dengan ayat-ayat lain dalam pasal ini, menggambarkan betapa hati-hatinya Tuhan dalam menetapkan cara ibadah yang berkenan kepada-Nya, menekankan kebutuhan akan kekudusan, ketaatan, dan perantara yang ditunjuk.
Dalam konteks yang lebih luas dari Keluaran 28, perintah mengenai pakaian imam besar ini menjadi bagian dari keseluruhan tatanan ibadah di Kemah Suci. Setiap elemen, mulai dari bahan hingga warna, memiliki tujuan untuk memuliakan Tuhan dan mendidik umat Israel. Penekanan pada detail-detail ini menegaskan bahwa ibadah kepada Tuhan bukanlah urusan yang sembarangan, melainkan sesuatu yang harus dilakukan dengan hormat dan kekhusukan.