"Kopiah itu haruslah berhiaskan di depannya dengan keping emas murni, dan padanya harus tertuliskan ukiran seperti yang pada meterai: Kudus bagi TUHAN."
Ayat ini dari Kitab Keluaran, pasal 28, ayat 38, memberikan gambaran yang mendalam tentang kesucian dan identitas khusus para imam dalam tradisi Israel kuno. Kopiah atau serban yang dikenakan oleh imam bukanlah sekadar hiasan biasa, melainkan sebuah penanda yang sarat makna spiritual. Adanya keping emas murni dengan ukiran khusus "Kudus bagi TUHAN" secara eksplisit menegaskan hubungan mereka dengan Yang Maha Kuasa. Kata "kudus" sendiri berarti terpisah, disucikan, dan dipersembahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa tugas dan keberadaan imam bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan untuk melayani Tuhan dan umat-Nya.
Penempatan keping emas ini di depan kopiah menandakan bahwa kesucian haruslah menjadi prioritas utama yang terlihat dan diakui. Para imam adalah perantara antara Tuhan yang kudus dan umat-Nya yang sering kali masih berada dalam keterbatasan kedagingan. Oleh karena itu, mereka harus senantiasa menjaga kekudusan diri dalam segala aspek kehidupan mereka. Ukiran yang menyerupai meterai juga memberikan kesan otentik dan otoritas. Seperti meterai yang mengesahkan sebuah dokumen penting, ukiran "Kudus bagi TUHAN" ini menjadi pengakuan ilahi atas status dan tanggung jawab imam. Ini adalah pengingat konstan bagi imam untuk hidup sesuai dengan standar kekudusan Tuhan dalam setiap tindakan dan pemikiran mereka.
Makna dari Keluaran 28 38 melampaui sekadar ritual keagamaan kuno. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya dedikasi dan kesucian dalam pelayanan kita, apa pun bentuknya. Setiap individu yang dipanggil untuk melayani, baik dalam ranah rohani maupun profesional, harus memiliki kesadaran akan tujuan mulia dari panggilan mereka. Keberadaan kita seharusnya mencerminkan nilai-nilai ilahi, dan tindakan kita harus menunjukkan bahwa kita hidup untuk kemuliaan Tuhan. "Kudus bagi TUHAN" adalah sebuah prinsip yang relevan bagi setiap orang yang ingin hidup dengan makna dan integritas.
Lebih jauh lagi, konsep kekudusan ini menginspirasi kita untuk membedakan diri dari hal-hal yang tidak kudus. Ini berarti membuat pilihan yang sadar untuk menjauhkan diri dari dosa dan memusatkan hidup kita pada hal-hal yang berkenan kepada Tuhan. Bagi para imam pada zaman itu, ini berarti menjalankan tugas ibadah, memberikan persembahan, dan menjadi teladan moral bagi jemaat. Bagi kita saat ini, ini bisa berarti hidup jujur, mengasihi sesama, melayani dengan tulus, dan terus belajar serta bertumbuh dalam pemahaman tentang kehendak Tuhan. Keping emas yang bercahaya di kopiah imam adalah simbol yang abadi tentang panggilan untuk hidup dalam kemuliaan Tuhan.
Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa identitas sejati seseorang sering kali ditentukan oleh hubungannya dengan Tuhan. Keping emas dengan tulisan "Kudus bagi TUHAN" pada dasarnya adalah pengakuan identitas. Para imam dikenal bukan hanya karena pakaian mereka, tetapi karena status mereka yang dikuduskan di hadapan Tuhan. Ini mengajarkan kita bahwa nilai dan tujuan hidup kita seharusnya berakar pada pengenalan kita akan Tuhan dan bagaimana kita menanggapi panggilan-Nya. Ketika kita hidup "Kudus bagi TUHAN", hidup kita akan memancarkan cahaya yang berbeda, menjadi saksi bagi kemuliaan-Nya di dunia ini.