"Dan engkau harus mendudukkan Harun dan anak-anaknya, dan memakaikan jubah kepada mereka, dan mengurapi mereka, dan mentahbiskan mereka, supaya mereka dapat melayani Aku sebagai imam." (Keluaran 28:41)
Ilustrasi visual simbolisme pakaian suci dalam konteks pelayanan.
Ayat dari Kitab Keluaran pasal 28, ayat 41, memberikan instruksi ilahi mengenai penetapan dan pakaian Harun beserta anak-anaknya sebagai imam-imam dalam tradisi Israel kuno. Perintah ini bukan sekadar serangkaian aturan tata busana, melainkan memiliki makna teologis yang mendalam terkait kekudusan, pelayanan, dan representasi umat di hadapan Tuhan. Pakaian yang dikenakan oleh para imam bukan semata-mata ornamen, melainkan simbol dari tugas dan tanggung jawab suci yang diemban. Dengan memakaikan mereka jubah, mengurapi, dan mentahbiskan, Tuhan menetapkan jalur yang jelas bagi umat-Nya untuk mendekat dan beribadah kepada-Nya melalui perantaraan para imam.
Keluaran 28 41 secara spesifik merujuk pada proses finalisasi penahbisan para imam. Kata "mentahbiskan" (atau terkadang diterjemahkan sebagai "mengisi tangan") menekankan momen penting ketika mereka secara resmi diberikan kuasa dan tanggung jawab untuk melayani di hadapan Tuhan. Ini adalah tindakan yang sangat sakral, di mana individu-individu dipilih dan disucikan untuk menjalankan fungsi-fungsi keimaman yang spesifik, seperti mempersembahkan korban, membakar dupa, dan mengajar hukum Tuhan. Keberadaan pakaian khusus, seperti efod, rukh, dan pelimpah dada, menunjukkan bahwa pelayanan ini membutuhkan kesiapan spiritual dan fisik, serta ketaatan pada perintah-perintah Tuhan yang terperinci.
Penting untuk memahami konteks historis dan spiritual dari ayat ini. Pada masa itu, umat Israel berada dalam proses membangun hubungan yang erat dengan Tuhan setelah pembebasan dari perbudakan di Mesir. Pembentukan sistem keimaman dan Tabernakel merupakan bagian integral dari perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Melalui para imam, umat dapat merasakan kehadiran Tuhan dan mendapatkan pengampunan dosa melalui sistem korban yang mereka jalankan. Ayat keluaran 28 41 menegaskan betapa pentingnya struktur dan tatanan dalam ibadah yang benar.
Dalam aplikasi yang lebih luas, meskipun konteksnya adalah Perjanjian Lama, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Keluaran 28 41 tetap relevan. Konsep pelayanan yang kudus, panggilan yang jelas, dan representasi umat di hadapan Tuhan terus bergema dalam pemahaman teologis mengenai gereja dan para pemimpin rohaninya. Pakaian para imam di masa itu bisa dianalogikan dengan keseriusan dan integritas yang diharapkan dari mereka yang melayani umat Tuhan di masa kini. Semangat ketaatan, penyucian diri, dan pengabdian total kepada Tuhan adalah pelajaran abadi yang dapat ditarik dari perintah-perintah ini. Dengan demikian, ayat keluaran 28 41 mengingatkan kita akan kesakralan pelayanan dan perlunya persiapan yang matang dalam mendekat kepada Sang Pencipta.
Pakaian imam agung, yang diuraikan secara rinci dalam pasal-pasal sebelumnya, bukan hanya estetis, tetapi sarat makna. Setiap elemen memiliki tujuan dan simbolismenya sendiri. Tindakan memakaikan dan mengurapi adalah cara Tuhan untuk memberkati dan memberdayakan mereka yang dipilih-Nya untuk tugas mulia ini. Instruksi ini memberikan dasar bagi pemahaman kita tentang bagaimana Tuhan memandang pelayanan yang kudus dan bagaimana Ia menyediakan jalan bagi umat-Nya untuk berinteraksi dengan-Nya secara teratur dan bermakna.