"Taur jala halus pada tunik linen dan perbuatlah serban dari linen, dan perbuatlah ikat pinggang dari tenunan berwarna-warna."
Dalam kitab Keluaran, pasal 28, terdapat rincian instruksi Tuhan kepada Musa mengenai pembuatan pakaian bagi Harun dan anak-anaknya, para imam yang akan melayani di Kemah Suci. Ayat 39 secara spesifik menyebutkan tentang penggunaan jala halus, serban linen, dan ikat pinggang dari tenunan berwarna-warna. Ini bukan sekadar pakaian biasa, melainkan busana yang sarat makna spiritual dan simbolis.
Penggunaan jala halus (fine linen) dalam tradisi keagamaan kuno sering kali melambangkan kesucian, kemurnian, dan kebenaran. Pakaian yang terbuat dari bahan terbaik ini menunjukkan kehormatan dan kekudusan tugas yang diemban oleh para imam. Linen adalah bahan yang nyaman dan bernapas, yang mungkin juga menyiratkan kemampuan para imam untuk bertindak dengan ketenangan dan kejernihan dalam pelayanan mereka.
Serban linen (mitre atau headdress) adalah penanda identitas dan otoritas keimaman. Di kepala, ia melambangkan keterhubungan dengan Tuhan dan pengabdian pada kehendak-Nya. Serban yang terbuat dari linen menegaskan kembali aspek kesucian yang melekat pada jabatan imam.
Yang paling menarik adalah penyebutan "ikat pinggang dari tenunan berwarna-warna". Kata "tenunan" (broidered) menunjukkan adanya kerumitan dalam pembuatan, kemungkinan dengan pola atau desain artistik. Penggunaan warna-warna yang bervariasi dalam ikat pinggang ini tidaklah sembarangan. Dalam konteks Alkitab, warna-warna sering kali memiliki makna simbolis yang mendalam. Biru, ungu, dan merah tua adalah warna-warna yang umum digunakan dalam permakaman suci, melambangkan kekayaan, keagungan, dan bahkan darah (baik darah pengorbanan maupun darah kehidupan).
Perintah ini merupakan bagian dari instruksi yang lebih luas untuk menciptakan pakaian seremonial yang akan membedakan para imam dari orang biasa dan memperkenankan mereka untuk mendekat kepada Tuhan. Pakaian ini adalah bagian dari sistem ibadah yang dirancang untuk mengajarkan umat Israel tentang kekudusan Tuhan, pentingnya ketaatan, dan kebutuhan akan pendamaian. Setiap elemen pakaian memiliki tujuan, mulai dari efod yang rumit hingga lempeng dada dengan permata-permata yang terukir.
Keluaran 28:39 menggarisbawahi pentingnya detail dalam pekerjaan Tuhan. Tidak ada aspek dari ibadah yang dianggap tidak penting. Bahkan tekstur dan warna kain memiliki makna teologis. Ini menunjukkan betapa cermatnya Tuhan dalam mendirikan cara bagi umat-Nya untuk berhubungan dengan-Nya. Pakaian keimaman ini berfungsi sebagai pengingat visual yang terus-menerus tentang perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya, serta peran mediator yang diemban oleh para imam.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam segala sesuatu yang kita dedikasikan kepada Tuhan, termasuk pekerjaan, seni, dan cara kita menata hidup kita, ada nilai dalam keseriusan, keindahan, dan penekanan pada kemurnian. Detail yang terkandung dalam Keluaran 28:39, meskipun spesifik pada masa lalu, masih berbicara kepada kita tentang bagaimana kita seharusnya mendekati hal-hal yang sakral dan bagaimana kita dapat membawa kemuliaan Tuhan dalam setiap aspek pelayanan dan kehidupan kita.