Surat Al-Baqarah: 28 & 40

(28) Bagaimana kamu dapat ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, lalu Dia akan menghidupkan kamu kembali; kemudian kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.

(40) Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan penuhilah janji-Ku (kepada-Ku), niscaya Aku penuhi janji-Ku (kepadamu), dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut.

Ilustrasi alam yang memancarkan ketenangan dan kehidupan.

Renungan dari Ayat-Ayat yang Menginspirasi

Surat Al-Baqarah, ayat 28 dan 40, menawarkan sebuah refleksi mendalam tentang kekuasaan Allah SWT dan bagaimana kita sebagai manusia seharusnya meresponsnya. Kedua ayat ini, meskipun berbeda konteksnya, sama-sama mengarah pada satu esensi: kesadaran akan Sang Pencipta dan kewajiban kita sebagai hamba. Ayat 28 secara gamblang mengingatkan kita pada siklus kehidupan yang diatur sepenuhnya oleh Allah. Dimulai dari ketiadaan (mati), kemudian diberikan kehidupan, lalu akan diwafatkan kembali, dan akhirnya dibangkitkan. Ini adalah pengingat kuat bahwa hidup kita bukanlah kebetulan, melainkan sebuah rencana ilahi yang sempurna. Kesadaran ini seharusnya menumbuhkan rasa rendah hati dan kepasrahan, bukan kesombongan atau penolakan terhadap keesaan-Nya.

Bagi kita yang diberikan kenikmatan hidup, ayat 40 dari surat yang sama, juga dari Al-Baqarah, memberikan panduan yang lebih spesifik, terutama ditujukan kepada Bani Israil namun memiliki makna universal. Ayat ini menyerukan untuk mengingat nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya. Nikmat tersebut bisa berupa kesehatan, rezeki, keluarga, bahkan kemampuan untuk bernapas dan berpikir. Mengingat nikmat ini bukan sekadar ucapan syukur di lisan, melainkan pengakuan mendalam atas karunia yang telah diberikan. Lebih jauh lagi, ayat ini menekankan pentingnya menepati janji kepada Allah. Janji yang dimaksud seringkali adalah perjanjian fitrah atau konsekuensi dari pengakuan iman, yaitu untuk senantiasa taat dan beribadah hanya kepada-Nya.

Dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh godaan dan kesibukan, ayat-ayat ini menjadi pengingat yang sangat berharga. Kita seringkali terlena oleh kesibukan duniawi, melupakan sumber segala kehidupan dan kemudahan yang kita nikmati. Ayat 28 mengajak kita untuk merenungkan keterbatasan kita sebagai makhluk dan kekuasaan mutlak Sang Pencipta. Dengan memahami bahwa kehidupan ini sementara dan akan ada pertanggungjawaban di akhirat, kita diharapkan untuk menjalani hidup dengan lebih bijaksana, menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan perintah-Nya.

Sementara itu, ayat 40 memberikan arahan bagaimana kita seharusnya bersikap sebagai penerima nikmat. Penuhilah janji-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku. Ini adalah janji timbal balik yang mengagumkan. Ketika kita bersungguh-sungguh dalam menaati Allah, maka Allah pun akan memberikan kemudahan, keberkahan, dan balasan yang berlipat ganda. Frasa "hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut" menekankan pentingnya mengarahkan rasa takut dan pengharapan hanya kepada Allah, bukan kepada makhluk lain yang tidak memiliki kekuasaan hakiki. Ketakutan yang dimaksud di sini adalah ketakutan yang mendorong untuk berbuat baik dan menjauhi keburukan, bukan ketakutan yang melumpuhkan.

Keluaran dari ayat-ayat ini adalah pemahaman yang lebih jernih tentang peran kita di dunia. Kita adalah makhluk yang bergantung sepenuhnya pada Allah, namun juga diberi amanah untuk mengelola kehidupan dan berinteraksi dengan sesama. Dengan merenungkan kekuasaan, kebesaran, dan rahmat-Nya, semoga kita senantiasa dibimbing untuk menjadi pribadi yang lebih baik, senantiasa bersyukur atas keluaran 28 40 nikmat yang diberikan, dan senantiasa menepati janji serta ketaatan kita kepada-Nya.