"dan pakaian ibadah dan pakaian kudus bagi imam Harun, dan pakaian anak-anaknya laki-laki, untuk menjalankan tugas imam."
Ayat dari Kitab Keluaran 31:10 ini membawa kita pada gambaran spesifik mengenai detail persiapan yang dilakukan umat Israel dalam membangun Kemah Suci, pusat ibadah mereka di padang gurun. Fokus pada "pakaian ibadah dan pakaian kudus" untuk imam Harun dan anak-anaknya bukanlah sekadar estetika, melainkan memiliki makna teologis yang sangat dalam. Pakaian ini bukan hanya penanda status, tetapi juga sarana untuk membedakan mereka yang masuk ke hadirat Tuhan dan menjalankan tugas pelayanan yang sakral. Dalam konteks peribadahan, segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan haruslah kudus, sempurna, dan terpisah dari yang biasa.
Simbolisasi warna dan bentuk dalam pelayanan.
Ayat yang menyebutkan keluaran 31 10 ini menyoroti betapa pentingnya kesucian dalam menjalankan tugas ilahi. Pakaian tersebut dirancang dengan spesifik, menggunakan bahan-bahan terbaik seperti emas, benang biru, ungu, dan kirmizi, serta lenan halus. Detail-detail ini tidak dibuat sembarangan, melainkan atas perintah langsung dari Tuhan kepada Musa. Ini menunjukkan bahwa dalam beribadah kepada Tuhan, kita harus memberikan yang terbaik dan mematuhi petunjuk-Nya dengan cermat.
Meskipun kita sekarang berada di bawah perjanjian baru dan tidak lagi terikat pada aturan ritual persembahan seperti di Perjanjian Lama, prinsip kesucian dan kekudusan tetap relevan. Pakaian ibadah dalam konteks modern dapat diartikan sebagai sikap hati yang kudus, pikiran yang murni, dan tindakan yang berkenan kepada Tuhan saat kita beribadah, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas iman.
Saat kita mendekati Tuhan dalam doa, pujian, atau saat kita melayani sesama atas nama-Nya, kita dipanggil untuk mengenakan "pakaian" rohani yang mencerminkan kekudusan-Nya. Ini berarti melepaskan diri dari dosa, memfokuskan hati dan pikiran pada-Nya, serta bertindak dengan kerendahan hati dan hormat. Seperti imam Harun yang dipersiapkan dengan cermat untuk tugasnya, kita pun perlu mempersiapkan diri secara rohani sebelum memasuki hadirat Tuhan. Ayat keluaran 31 10 mengingatkan kita bahwa pelayanan kepada Tuhan adalah tugas yang mulia dan sakral, yang menuntut kesungguhan dan kekudusan.
Lebih jauh lagi, ayat ini juga bisa menjadi pengingat bahwa dalam setiap aspek kehidupan, terutama yang berkaitan dengan iman, kita harus menjaga standar kekudusan. Tidak hanya dalam kegiatan ibadah formal, tetapi juga dalam percakapan, pekerjaan, dan interaksi sehari-hari. Tuhan memanggil umat-Nya untuk hidup terpisah dari dunia, menguduskan diri bagi-Nya. Pakaian kudus para imam adalah simbol eksternal dari panggilan internal untuk hidup kudus.
Dengan merenungkan keluaran 31 10, kita diajak untuk senantiasa mengoreksi diri, memeriksa hati kita, dan memastikan bahwa kita mendekati Tuhan dengan sikap yang benar, hati yang tulus, dan kehidupan yang dikuduskan. Keagungan dan kekudusan Tuhan menuntut respons yang serupa dari kita, yaitu hati yang siap melayani dan hidup yang mencerminkan kehormatan-Nya.