dan minyak untuk menerangi, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk membakar korban dupa yang harum.
Keluaran pasal 35 menguraikan sebuah momen penting dalam sejarah Israel kuno: panggilan untuk mengumpulkan persembahan bagi pembangunan Kemah Suci. Ayat 15 secara spesifik menyebutkan "minyak untuk menerangi, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk membakar korban dupa yang harum." Perintah ini bukan sekadar permintaan materi; ia menyiratkan sebuah undangan bagi setiap individu untuk mengambil bagian dalam pekerjaan ilahi melalui pemberian sukarela. Minyak zaitun murni yang digunakan untuk menerangi pelita di dalam Kemah Suci melambangkan terang rohani dan hadirat Tuhan yang senantiasa menyertai umat-Nya. Sementara itu, rempah-rempah yang diracik menjadi minyak urapan dan dupa membawa makna kekudusan, penyucian, dan hubungan yang intim antara manusia dengan Sang Pencipta.
Lebih dari sekadar objek-objek fisik, Keluaran 35 mengajarkan kita tentang semangat yang melatarbelakangi pemberian. Bangsa Israel pada waktu itu memberikan persembahan dengan sukarela, hati yang rela, dan semangat kemurahan. Ini menunjukkan bahwa setiap pemberian yang tulus, sekecil apapun, memiliki nilai yang besar di mata Tuhan. Perintah untuk mengumpulkan persembahan ini adalah ujian iman dan ketaatan. Ketersediaan untuk memberikan sumber daya pribadi, baik itu emas, perak, kain, atau minyak dan rempah-rempah, mencerminkan sejauh mana hati mereka terikat pada tujuan yang lebih besar: untuk membangun tempat kediaman bagi Tuhan di tengah-tengah mereka.
Meskipun konteks sejarahnya adalah pembangunan Kemah Suci, prinsip-prinsip yang terkandung dalam Keluaran 35 15 tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan modern, kita juga dipanggil untuk memberikan apa yang kita miliki, baik itu waktu, talenta, tenaga, maupun materi, untuk melayani Tuhan dan sesama. Minyak untuk menerangi bisa diartikan sebagai pengetahuan dan pemahaman rohani yang kita bagikan kepada orang lain, menjadi pelita di tengah kegelapan. Rempah-rempah untuk minyak urapan dan dupa mewakili doa-doa kita yang naik sebagai pendakian harum yang menyenangkan Tuhan, serta integritas dan kekudusan hidup yang kita jalani. Pemberian yang berasal dari hati yang tulus akan selalu dihargai dan membawa dampak positif, tidak hanya bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi itu sendiri, yang mengalami sukacita dan kepuasan batin dalam melayani.
Setiap individu adalah bagian dari "kemah rohani" yang lebih besar. Tindakan memberi yang sukarela, berdasarkan kasih dan ketaatan, adalah cara kita berkontribusi pada pembangunan dan pemeliharaan komunitas iman. Keluaran 35 15 mengingatkan kita bahwa setiap persembahan, besar atau kecil, memiliki peran penting. Minyak dan rempah-rempah yang dahulu digunakan secara fisik, kini berbicara tentang kualitas hati dan dedikasi kita dalam pelayanan. Dengan memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki, kita ikut serta dalam menciptakan suasana yang penuh terang ilahi, kekudusan, dan pujian yang harum kepada Tuhan. Hal ini menegaskan bahwa ketaatan pada firman Tuhan, ditambah dengan semangat memberi yang tulus, adalah kunci utama dalam setiap pelayanan yang memuliakan nama-Nya.