Dan TUHAN berfirman kepada Musa, "Ambillah emas, perak, dan perunggu, serta berikan kepada TUHAN untuk pekerjaan Bait Suci-Nya, dan juga untuk peralatan-Nya yang indah dan bermacam-macam."
Makna Mendalam di Balik Kebutuhan Materi
Ayat Keluaran 36:19, meskipun singkat, menyimpan kekayaan makna yang mendalam mengenai hubungan antara materi dan hal-hal spiritual. Dalam konteks ini, Tuhan tidak hanya meminta persembahan, tetapi juga menetapkan standar kualitas dan tujuan yang mulia untuk pembangunan Bait Suci. Perintah ini bukan sekadar tentang pengumpulan kekayaan, melainkan manifestasi dari pengabdian, penghormatan, dan kepercayaan umat Israel kepada Tuhan mereka. Emas, perak, dan perunggu yang disebutkan melambangkan kemuliaan, kemurnian, dan kekuatan—sifat-sifat yang identik dengan karakter ilahi. Permintaan ini mendorong umat untuk memberikan yang terbaik dari apa yang mereka miliki, tidak hanya secara kuantitas tetapi juga kualitas.
Keluaran 36:19 dan Kualitas Persembahan
Penting untuk dicatat bahwa Tuhan tidak hanya meminta "sesuatu", tetapi secara spesifik menyebutkan bahan-bahan berharga. Ini mengajarkan kita bahwa dalam memberikan persembahan, baik itu waktu, talenta, atau harta benda, kita seharusnya tidak asal-asalan. Persembahan yang tulus dan berkualitas adalah cerminan dari hati yang mengasihi dan menghargai. "Pekerjaan Bait Suci-Nya" dan "peralatan-Nya yang indah" menunjukkan bahwa tujuan persembahan ini adalah untuk memuliakan Tuhan dan menyediakan sarana bagi umat-Nya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa setiap aspek dalam pelayanan kepada Tuhan harus dilakukan dengan ketelitian dan keindahan, sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya.
Relevansi Keluaran 36:19 di Era Modern
Meskipun kita hidup di zaman yang berbeda, prinsip yang terkandung dalam keluaran 36 19 tetap relevan. Dalam banyak tradisi keagamaan, masih ada praktik pengumpulan persembahan untuk mendukung kegiatan gereja, kuil, atau badan amal keagamaan. Namun, makna yang lebih dalam adalah tentang sikap hati. Apakah kita memberikan persembahan dengan sukarela dan penuh syukur, ataukah kita merasa terpaksa? Apakah kita memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki, ataukah kita hanya memberikan sisa-sisa? Menghubungkan kembali dengan ayat ini, kita diingatkan untuk selalu memeriksa motivasi kita dan untuk memberikan persembahan dengan kualitas dan ketulusan yang layak bagi Yang Maha Kuasa. Ini juga bisa diartikan lebih luas, bukan hanya materi, tetapi juga waktu, tenaga, dan talenta yang kita miliki untuk kemuliaan-Nya.
Kesimpulan: Hati yang Memberi
Keluaran 36:19 adalah pengingat kuat bahwa Tuhan peduli pada bagaimana kita mempersembahkan sesuatu kepada-Nya. Bukan hanya tentang jumlahnya, tetapi tentang hati, kualitas, dan tujuan di balik persembahan tersebut. Memahami konteks historis dan teologis dari ayat ini dapat membantu kita menafsirkan kembali praktik persembahan di masa kini. Dengan memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki, kita tidak hanya memenuhi perintah ilahi, tetapi juga mengungkapkan kedalaman iman dan kasih kita kepada Tuhan. Persembahan yang datang dari hati yang bersyukur dan tulus akan selalu menjadi sesuatu yang berharga di mata-Nya.