"Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Oholiab dan setiap orang yang hatinya telah dikaruniai kepandaian oleh TUHAN, setiap orang yang didorong oleh hatinya untuk mengambil bagian dalam pekerjaan itu."
Ayat yang tertera pada Keluaran 36:2 ini merupakan bagian krusial dari narasi pembangunan Kemah Suci. Ayat ini tidak hanya sekadar mencatat nama-nama individu, tetapi lebih dari itu, ia menyoroti prinsip-prinsip penting terkait pekerjaan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Musa, sebagai pemimpin pilihan, diperintahkan untuk memanggil orang-orang yang memiliki "hati yang dikaruniai kepandaian oleh TUHAN". Ini menunjukkan bahwa setiap karya yang bermakna bagi Kerajaan Tuhan harus berasal dari hati yang tulus dan dilengkapi dengan anugerah serta keterampilan dari sumber ilahi.
Fokus pada "hati yang dikaruniai kepandaian" mengindikasikan bahwa Tuhan tidak hanya melihat kemampuan teknis, tetapi juga motivasi dan kesediaan hati. Bezaleel dan Oholiab adalah dua tokoh utama yang disebut, namun ayat ini juga secara luas mencakup "setiap orang yang didorong oleh hatinya". Ini berarti bahwa kontribusi dari berbagai lapisan masyarakat, baik yang memiliki keahlian khusus maupun yang didorong oleh semangat untuk melayani, sangatlah dihargai. Dalam konteks modern, hal ini bisa diartikan sebagai pentingnya menemukan talenta yang Tuhan berikan dan mengembangkannya untuk tujuan yang mulia, serta bagaimana semangat kerelawanan yang tulus selalu menjadi nilai yang tak ternilai.
Perintah untuk pembangunan Kemah Suci, termasuk detail-detail yang tercantum dalam Kitab Keluaran, adalah sebuah mandat ilahi. Ayat Keluaran 36:2 menandai dimulainya fase persiapan yang lebih konkret. Setelah Musa menerima instruksi terperinci dari Tuhan di Gunung Sinai, ia bertugas untuk mengorganisir sumber daya dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemilihan individu yang tepat, yang memiliki keterampilan dan motivasi yang selaras dengan kehendak Tuhan, adalah langkah awal yang strategis. Ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dalam mengarahkan potensi sumber daya manusia.
Keberadaan Bezaleel dan Oholiab sebagai pemimpin proyek pembangunan Kemah Suci, bersama dengan semua orang yang dipanggil oleh hati mereka, melambangkan sebuah kolaborasi yang harmonis antara kepemimpinan, keahlian, dan pengabdian. Mereka tidak hanya sekadar pekerja, tetapi para pelaku seni ilahi yang karyanya akan menjadi tempat pertemuan antara Tuhan dan umat-Nya. Keterampilan yang mereka miliki bukanlah hasil dari usaha semata, melainkan anugerah yang dikaruniakan oleh Tuhan, yang kemudian mereka persembahkan kembali dalam bentuk pembangunan fisik yang kudus.
Pesan dari Keluaran 36:2 tetap relevan hingga kini. Dalam setiap jemaat atau komunitas, selalu ada kebutuhan akan individu-individu yang dipanggil dan dilengkapi untuk melayani. Baik itu dalam pelayanan rohani, pelayanan musik, pelayanan teknis, pengajaran, maupun bentuk pelayanan lainnya, prinsip dasar yang sama tetap berlaku: panggilan dari hati yang tulus dan anugerah dari Tuhan. Ketika kita mengabdikan waktu, tenaga, dan talenta kita untuk pekerjaan Tuhan, kita sedang berpartisipasi dalam pembangunan spiritual yang jauh lebih besar dari sekadar bangunan fisik.
Memahami ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa berdoa agar Tuhan mendidik dan memberdayakan orang-orang di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri, untuk mengenali dan menggunakan karunia yang telah diberikan. Semangat Bezaleel, Oholiab, dan seluruh orang Israel yang hatinya tergerak, harus menjadi inspirasi bagi kita untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan pelayanan, dengan sadar bahwa setiap kontribusi yang dilakukan dengan hati yang tulus dan dengan anugerah Tuhan adalah berharga di mata-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan bersama, di mana setiap individu, dengan talenta uniknya, memainkan peran penting dalam mewujudkan visi ilahi.