"Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
Ayat Al-Baqarah ayat 39 ini berbicara tentang konsekuensi kekal bagi mereka yang memilih untuk mengingkari dan menolak kebenaran yang disampaikan melalui ayat-ayat Allah. Ini adalah peringatan keras tentang pentingnya keimanan dan penerimaan terhadap petunjuk ilahi. Konsep kekal di neraka menekankan betapa seriusnya penolakan terhadap kebenaran dari Sang Pencipta.
Ketika kita melihat ke dalam konteks yang lebih luas, meskipun berasal dari tradisi yang berbeda, prinsip penolakan terhadap yang ilahi seringkali berujung pada konsekuensi. Mari kita mencoba merenungkan keterkaitan, meskipun simbolis, dengan angka yang disebutkan, yaitu keluaran 39:15. Angka ini, jika merujuk pada tradisi keagamaan lain, seperti Alkitab, dapat diartikan sebagai instruksi rinci terkait pembuatan pakaian imam besar, khususnya mengenai pelat dada.
Pelat dada dalam tradisi Yahudi merupakan bagian penting dari pakaian imam besar yang melambangkan keadilan dan perlindungan saat menghadap Tuhan. Ayat-ayat yang menjelaskan pembuatannya seringkali sangat detail, menunjukkan ketelitian dan kepatuhan yang diharapkan dalam melaksanakan perintah ilahi. Ketaatan terhadap detail-detail ini adalah bentuk pengakuan dan penghormatan terhadap otoritas Tuhan. Sebaliknya, penolakan atau ketidakpatuhan terhadap instruksi ilahi, seperti yang disinggung dalam Al-Baqarah 39, dapat diartikan sebagai menolak otoritas dan kehendak Tuhan.
Hubungannya mungkin terletak pada kontras antara kepatuhan yang teliti dan penolakan yang keras kepala. Di satu sisi, ada perintah untuk mengikuti instruksi Tuhan dengan presisi, seperti yang tergambar dalam detail pembuatan pakaian ibadah. Di sisi lain, ada ancaman kekal bagi mereka yang secara sadar menolak ayat-ayat Tuhan. Keduanya menyoroti pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan, yang dibangun atas dasar keimanan, ketaatan, dan penerimaan terhadap kebenaran-Nya.
Memahami ayat Al-Baqarah 39 ini juga menggarisbawahi pentingnya merenungkan ayat-ayat Allah yang ada di sekitar kita, baik yang tertulis dalam kitab suci maupun yang terbentang di alam semesta. Sikap hati yang terbuka dan keinginan untuk memahami adalah kunci untuk mendapatkan petunjuk ilahi. Penolakan, seperti yang disampaikan dalam ayat tersebut, bukanlah sekadar ketidaksetujuan intelektual, melainkan penolakan aktif terhadap kebenaran yang dapat berakibat fatal bagi kehidupan akhirat.
Oleh karena itu, kita diingatkan untuk selalu waspada terhadap hati kita, memastikan bahwa keimanan kita teguh dan tidak tergoyahkan oleh keraguan atau keinginan duniawi yang menyesatkan. Ayat Al-Baqarah 39 memberikan landasan moral dan spiritual yang kuat bagi umat manusia untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak Sang Pencipta, menghindari kesesatan yang dapat membawa pada kehancuran abadi.