Ayat Keluaran 39:3 memberikan gambaran yang sangat spesifik mengenai detail pembuatan pakaian seragam bagi imam agung di Israel kuno. Ini bukanlah sekadar deskripsi pakaian biasa, melainkan sebuah mandat ilahi yang sarat makna simbolis dan spiritual. Fokus pada material dan warna menunjukkan ketelitian yang luar biasa dalam setiap aspek ibadah dan representasi kekudusan. Frasa 'keluaran 39 3' sendiri merujuk pada bagian penting dari instruksi Perjanjian Lama mengenai Tabernakel dan perlengkapan ibadah, yang menunjukkan presisi dan urutan yang diperintahkan oleh Tuhan sendiri.
Baju efod yang dimaksud adalah salah satu dari empat jenis pakaian khusus yang dirancang untuk imam besar. Pembuatannya membutuhkan keahlian khusus, seperti yang tertulis dalam kitab Keluaran, yang seringkali melibatkan orang-orang yang telah dipilih dan diurapi untuk tugas tersebut. Penggunaan emas bukan hanya menunjukkan kemewahan, tetapi juga melambangkan kemuliaan Tuhan, keagungan-Nya, dan kekudusan yang tak terhingga. Emas sering kali dikaitkan dengan sifat-sifat ilahi, kebenaran, dan keadilan. Kehadirannya dalam pakaian imam agung menegaskan bahwa ia bertindak atas nama Tuhan yang mulia.
Selanjutnya, penggunaan kain berwarna biru kejalan, ungu kejalin, dan kirmizi diurai menambah lapisan makna yang kaya. Warna biru kejalan sering dihubungkan dengan langit, surga, dan kehadiran ilahi. Ini mengingatkan bahwa imam agung berdiri di hadapan Tuhan yang bersemayam di surga. Kain ungu kejalin melambangkan kebangsawanan, otoritas, dan kerajaan. Dalam konteks keagamaan, ini bisa merujuk pada kerajaan Tuhan atau otoritas yang diberikan kepada imam untuk mewakili umat-Nya. Sementara itu, kirmizi diurai bisa diasosiasikan dengan pengorbanan, darah, dan penebusan. Dalam tradisi Alkitab, warna merah sering kali menjadi simbol darah yang ditumpahkan untuk pengampunan dosa. Kombinasi warna-warna ini menciptakan harmoni visual dan teologis yang mendalam.
Terakhir, penggunaan lenan halus yang dipintal menambahkan dimensi kesucian dan kebersihan. Lenan halus, yang merupakan serat alami yang bersih dan lembut, melambangkan kesucian dan integritas. Imam agung harus mendekati Tuhan dalam keadaan murni, dan pakaiannya mencerminkan standar kesucian ini. Detail 'dipintal' juga menunjukkan proses yang teliti dan terencana, bukan sesuatu yang dibuat secara sembarangan. Semua material ini dipilih dan dikerjakan dengan sangat hati-hati, mengikuti instruksi yang diberikan secara rinci, untuk memastikan bahwa imam agung mengenakan pakaian yang layak menghadap Sang Pencipta.
Dengan demikian, 'keluaran 39 3' bukan hanya sekadar catatan sejarah tentang kostum keagamaan, tetapi sebuah pengingat akan pentingnya kekudusan, kemuliaan, dan kerendahan hati dalam setiap aspek penyembahan. Pakaian imam agung adalah cerminan dari tugas mulianya sebagai perantara antara Tuhan dan umat-Nya, yang menanggung beban dosa dan mewakili umat di hadapan takhta kekudusan. Detail-detail ini, yang mungkin tampak rumit bagi sebagian orang, sesungguhnya merupakan bagian integral dari rencana ilahi untuk mengajarkan umat-Nya tentang sifat Tuhan yang kudus dan standar-Nya yang tinggi.