"Kemudian Ia berfirman: 'Lemparkanlah itu ke tanah.' �Lalu dilemparkannyalah tongkat itu ke tanah, maka ular itu menjadi ular, dan Musa lari dari padanya."
Dalam lembaran sejarah keagamaan dan spiritualitas, terdapat banyak kisah yang sarat akan makna dan pengajaran. Salah satu kisah yang paling menonjol dan penuh kekuatan transformatif terukir dalam Kitab Keluaran, khususnya pada pasal 4, ayat 3. Ayat ini menceritakan momen krusial ketika Tuhan memberikan tanda mukjizat kepada Musa, mempersiapkannya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Peristiwa ini bukan sekadar demonstrasi kekuatan supranatural, tetapi juga sebuah simbol revolusi batin dan perubahan paradigma.
Kisah ini berawal dari keraguan dan ketakutan Musa. Setelah menghabiskan bertahun-tahun sebagai gembala di Midian, ia dipanggil oleh Tuhan di semak duri yang menyala namun tidak terbakar. Tuhan memerintahkannya untuk kembali ke Mesir dan menuntut pembebasan umat-Nya. Namun, Musa merasa tidak mampu. Ia menyangsikan kemampuannya sendiri, meragukan otoritasnya, dan khawatir akan respons bangsa Israel maupun Firaun. Di sinilah mukjizat keluaran 4:3 menjadi titik balik yang fundamental.
Tuhan, dengan kesabaran dan kasih-Nya, memberikan Musa sebuah tongkat yang kemudian berubah menjadi seekor ular. Perintah sederhana Tuhan untuk melempar tongkat itu ke tanah menghasilkan sebuah transformasi luar biasa. Tongkat, yang tadinya hanya sebuah alat biasa yang dikenal Musa, berubah menjadi ular yang menakutkan. Musa, yang tadinya hanya seorang gembala biasa, dibuat terkejut dan bahkan lari dari ciptaannya sendiri. Peristiwa ini, di satu sisi, menunjukkan kuasa ilahi yang mampu mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, dan di sisi lain, menyoroti reaksi alamiah manusia terhadap hal yang tak terduga dan menakutkan.
Namun, Tuhan tidak berhenti di situ. Ia kemudian memerintahkan Musa untuk memegang ekor ular tersebut. Dengan kepercayaan yang mulai tumbuh, Musa melakukannya, dan ular itu kembali menjadi tongkat di tangannya. Ini adalah pelajaran penting: apa yang tampak menakutkan dan di luar kendali dapat dikendalikan dan dimanfaatkan di bawah kuasa ilahi. Tongkat yang kembali ke tangannya kini bukan lagi sekadar alat biasa, tetapi menjadi simbol otoritas ilahi dan tanda kekuatan yang akan menyertai Musa dalam misinya. Mukjizat ini juga berfungsi sebagai peringatan bahwa Tuhan memiliki kuasa atas segala sesuatu, termasuk kekuatan alam yang seringkali kita takuti.
Kisah keluaran 4:3 mengajarkan kita tentang pentingnya iman di hadapan ketidakpastian dan ketakutan. Musa, yang awalnya dipenuhi keraguan, perlahan-lahan belajar untuk percaya pada panggilan Tuhan dan kuasa-Nya. Mukjizat ini bukan hanya untuk meyakinkan Firaun, tetapi terutama untuk membangun kembali kepercayaan diri Musa dan mempersiapkannya menghadapi tantangan besar di depan. Ia perlu memahami bahwa dengan Tuhan di pihaknya, ia dapat mengubah yang mustahil menjadi mungkin, dan yang menakutkan menjadi alat kebaikan. Ini adalah pesan universal yang relevan bagi setiap individu yang merasa tidak berdaya atau ragu dalam menghadapi perjalanan hidupnya.
Dalam konteks yang lebih luas, mukjizat tongkat menjadi ular dan kembali menjadi tongkat adalah metafora yang kuat tentang transformasi. Ia berbicara tentang bagaimana Tuhan dapat mengubah situasi yang paling buruk menjadi sumber kemenangan, bagaimana Ia dapat mengangkat orang yang paling rendah diri untuk melakukan pekerjaan besar, dan bagaimana Ia dapat memberikan kuasa dan keberanian bagi mereka yang dipanggil-Nya. Kisah ini terus menginspirasi kita untuk tidak menyerah pada keraguan, tetapi untuk mencari kekuatan dalam iman dan percaya bahwa Tuhan selalu bekerja, bahkan dalam keadaan yang paling tidak terduga.