Tetapi aku, sedikit lagi kakiku tergelincir,
nyaris terperosok langkah-langkahku.
Simbol stabilitas dan kebenaran yang dijaga.
Mazmur 73:2 adalah sebuah pengakuan jujur dari Asaf, seorang pemazmur, tentang pergumulan batin yang ia alami. Ayat ini sering kali direnungkan oleh orang-orang yang tengah menghadapi masa-masa sulit, di mana iman mereka diuji oleh kenyataan di sekitar. "Tetapi aku, sedikit lagi kakiku tergelincir, nyaris terperosok langkah-langkahku" menggambarkan momen keraguan yang mendalam, sebuah titik di mana seseorang hampir kehilangan pijakan imannya.
Perjuangan ini sering kali muncul ketika kita melihat orang-orang yang tampaknya jahat atau tidak takut Tuhan hidup dengan makmur dan tanpa penderitaan. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa iri, ketidakadilan, dan pertanyaan tentang kebaikan Tuhan. Mengapa orang yang tidak taat justru diberkati, sementara orang yang berusaha hidup benar seringkali harus bergumul dengan kesulitan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang bisa membuat "kaki tergelincir", menggoyahkan keyakinan pada keadilan ilahi dan kebaikan-Nya.
Namun, konteks penuh dari Mazmur 73 menunjukkan bahwa Asaf tidak lama berada dalam posisi keraguan tersebut. Ia memilih untuk masuk ke dalam tempat kudus Allah. Di sanalah ia dapat melihat hal-hal dari perspektif ilahi. Ia menyadari bahwa keberhasilan sementara orang fasik adalah penipuan. Ketenangan dan kemakmuran mereka hanyalah sesaat, dan akhirnya mereka akan menemui kebinasaan. Sebaliknya, bagi orang yang hati dan pikirannya murni, mereka akan selalu bersama Tuhan.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa keraguan dan pergumulan adalah bagian dari perjalanan iman yang manusiawi. Tidak ada seorang pun yang kebal dari momen-momen seperti ini. Kunci untuk tidak "terperosok" adalah dengan tetap memegang teguh kebenaran Allah dan mencari hikmat-Nya. Mengingat janji-janji-Nya, mengakui kedaulatan-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya dalam doa adalah langkah-langkah krusial untuk mendapatkan kembali pijakan yang kokoh.
Kebenaran Allah yang tak tergoyahkan adalah jangkar bagi jiwa kita. Meskipun dunia di sekitar kita mungkin tampak kacau dan tidak adil, Firman Tuhan tetap menjadi sumber kebenaran yang abadi. Mazmur 73:2 menjadi pengingat yang kuat bahwa saat kita merasa ingin menyerah pada keraguan, kita dipanggil untuk mencari terang Tuhan. Di dalam terang-Nya, kita akan menemukan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan iman kita, dengan keyakinan bahwa keadilan dan kasih setia-Nya akan selalu menyertai kita. Keberadaan Tuhan yang dekat dengan umat-Nya adalah janji yang tidak pernah gagal, memberikan stabilitas dalam badai kehidupan.