Keluaran 4:7

Lalu firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya." Maka Musa mengulurkan tangan, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya.

Kisah mengenai tongkat Musa yang berubah menjadi ular dan kembali menjadi tongkat ini merupakan salah satu momen paling dramatis dalam peristiwa Keluaran dari Mesir. Perintah Allah dalam Keluaran 4:7 bukanlah sekadar demonstrasi kekuatan supranatural, melainkan sebuah penanda penting dari kuasa ilahi yang menyertai Musa dalam misinya yang monumental. Tongkat, yang biasanya merupakan alat bantu sederhana bagi seorang gembala, di tangan Musa dan atas perintah Tuhan, menjadi simbol otoritas dan kekuatan ilahi yang luar biasa.

Saat Musa diperintahkan untuk mengulurkan tangannya dan memegang ekor ular yang muncul dari tongkatnya, ia mungkin merasakan ketakutan dan keraguan. Namun, ketaatan Musa menjadi kunci transformasinya. Ketika ia memegang ular itu, keajaiban terjadi: ular itu kembali menjadi tongkat di tangannya. Peristiwa ini bukan hanya untuk meyakinkan Musa sendiri, tetapi juga sebagai tanda bagi bangsa Israel dan Firaun tentang kebesaran TUHAN yang mengutusnya. Keajaiban ini menegaskan bahwa Allah yang berbicara kepada Musa adalah Allah yang sama yang berkuasa atas segala ciptaan, termasuk ular yang seringkali dikaitkan dengan kekuatan jahat atau ilahi di peradaban Mesir kuno.

Transformasi tongkat menjadi ular, dan kemudian kembali menjadi tongkat, memiliki makna simbolis yang mendalam. Ular dapat melambangkan bahaya, racun, atau bahkan kekuatan Mesir itu sendiri. Dengan mengubah tongkat Musa menjadi ular yang kemudian ditaklukkan oleh tongkat itu sendiri, Allah menunjukkan bahwa kekuasaan-Nya jauh melampaui kekuatan apa pun yang dapat ditawarkan oleh Mesir. Tongkat yang kembali ke bentuk aslinya melambangkan pemulihan dan otoritas yang diberikan kepada Musa untuk memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan.

Pesan dari Keluaran 4:7 menggarisbawahi pentingnya iman dan ketaatan dalam menghadapi tugas-tugas besar. Musa, yang merasa tidak mampu dan ragu akan kemampuannya berbicara, diberikan bukti nyata dari kuasa Allah yang akan mendampinginya. Perintah untuk memegang "ekornya" menyiratkan keberanian untuk mendekati sesuatu yang mungkin menakutkan, dan dengan demikian, mengalami pembalikan menjadi alat yang kuat. Kisah ini terus menginspirasi banyak orang untuk percaya bahwa dengan campur tangan ilahi, bahkan situasi yang paling menakutkan atau tidak mungkin pun dapat diubah menjadi sarana kemenangan dan pembebasan. Tongkat itu bukan sekadar kayu, melainkan perpanjangan tangan Allah yang mampu melakukan hal-hal yang luar biasa.