Tetapi aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat di tanah Mesir.
Ayat dari Kitab Keluaran 5:8 ini membawa kita pada momen krusial dalam narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Di tengah penolakan Firaun yang keras kepala terhadap perintah Allah untuk membebaskan umat-Nya, Tuhan menyatakan sebuah rencana yang tampaknya kontradiktif: Ia akan mengeraskan hati Firaun. Sekilas, hal ini mungkin membingungkan. Mengapa Tuhan sendiri yang mengeraskan hati seorang pemimpin yang sudah menindas? Namun, pemahaman yang lebih mendalam mengungkapkan bahwa tindakan ini bukanlah tentang kemauan Tuhan yang jahat, melainkan tentang manifestasi kuasa-Nya yang tak terbantahkan melalui tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang luar biasa.
Dalam konteks ini, "mengeraskan hati Firaun" bisa dipahami sebagai membiarkan Firaun menunjukkan keangkuhan dan penolakannya yang puncak, sehingga memberi ruang bagi Allah untuk menunjukkan intervensi ilahi-Nya secara spektakuler. Setiap penolakan Firaun justru menjadi panggung bagi mukjizat yang lebih besar. Tanda-tanda dan mujizat ini bukan hanya untuk meyakinkan Firaun, tetapi juga untuk memperkuat iman bangsa Israel dan untuk menunjukkan kepada seluruh dunia, pada masa itu dan di masa mendatang, bahwa Allah Israel adalah Tuhan yang berkuasa atas segala kekuatan di bumi.
Keluaran 5:8 menegaskan bahwa bahkan dalam menghadapi penolakan yang keras, Allah memiliki rencana yang lebih besar. Ia tidak pasif. Ia aktif bekerja, seringkali dengan cara yang melampaui pemahaman manusia biasa. Mujizat yang terjadi di Mesir, mulai dari tongkat yang menjadi ular, air yang menjadi darah, hingga datangnya hujan es dan belalang, semuanya adalah bukti dari janji Allah yang tak tergoyahkan. Setiap tanda dan mujizat adalah deklarasi kebebasan dan keadilan, sebuah pesan bahwa kekuasaan yang menindas pada akhirnya akan tunduk pada kuasa Yang Maha Kuasa.
Bagi umat yang sedang diperjuangkan pembebasannya, ayat ini menjadi sumber pengharapan. Ketika situasi terasa buntu dan pemimpin menolak untuk mendengarkan suara kebenaran, Allah tetap hadir dan berkuasa. Ia tidak pernah meninggalkan umat-Nya dalam kesesakan. Penolakan Firaun, yang semula tampak seperti tembok penghalang yang tak tergoyahkan, justru menjadi sarana Allah untuk mendemonstrasikan kekuatan-Nya yang dahsyat. Ini mengajarkan kita bahwa seringkali, dalam masa-masa paling gelap, justru saat itulah pertolongan mukjizat dari Tuhan paling nyata dinyatakan. Kita dipanggil untuk percaya bahwa di balik setiap tantangan, ada kemungkinan campur tangan ilahi yang akan membawa pembebasan dan kemenangan.
Keluaran 5:8 adalah pengingat kuat akan sifat Allah yang souveren dan penuh kasih. Ia bukan hanya Allah yang berbicara, tetapi Allah yang bertindak. Kemauan-Nya untuk mengeraskan hati Firaun, meski terdengar aneh, adalah bagian dari strategi ilahi yang lebih besar untuk membawa pembebasan yang dramatis dan mengajarkan pelajaran abadi tentang keesaan-Nya.