Matius 21:39 - Perumpamaan tentang Pekerja Kebun Anggur

"Dan mereka memegang anak itu, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur, lalu membunuhnya."

Kebun Anggur Anak
Perumpamaan tentang penganiayaan terhadap pewaris kebun anggur.

Makna Perumpamaan Matius 21:39

Ayat Matius 21:39 merupakan bagian dari sebuah perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus Kristus, yang dikenal sebagai perumpamaan tentang pekerja kebun anggur. Perumpamaan ini memiliki kedalaman makna teologis yang sangat penting bagi pemahaman tentang hubungan antara Allah, umat-Nya, dan peran Yesus dalam rencana keselamatan.

Dalam perumpamaan ini, seorang pemilik kebun anggur menanam kebunnya, memagari, menggali lubang pemerasan anggur, dan mendirikan menara penjagaan. Kemudian, ia menyewakan kebun itu kepada para pekerja dan pergi ke luar negeri. Ketika musim panen tiba, ia mengutus hamba-hambanya untuk mengambil hasil panennya. Namun, para pekerja kebun anggur itu malah menganiaya dan membunuh hamba-hambanya. Akhirnya, pemilik kebun mengutus anaknya sendiri, dengan harapan bahwa anak itu akan dihormati. Sayangnya, para pekerja kebun justru bersekongkol, membunuh anak itu, dan melemparkannya ke luar kebun anggur.

Yesus mengajukan pertanyaan kepada para pemimpin agama Yahudi: "Oleh karena itu, apabila tuan kebun itu datang, apakah yang akan dilakukannya terhadap pekerja-pekerja itu?" Jawaban mereka secara tegas adalah bahwa tuan itu akan membinasakan orang-orang jahat itu dengan kejam dan menyerahkan kebun anggur itu kepada orang lain, yang akan memberikan hasil panennya pada waktunya. Yesus kemudian menyatakan, "Bukankah kamu telah membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi kepala penjuru, oleh Tuhanlah hal itu terjadi dan ajaib di mata kita." (Matius 21:42).

Ayat Matius 21:39 secara spesifik merujuk pada tindakan para pekerja yang "memegang anak itu, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur, lalu membunuhnya." Dalam konteks perumpamaan, "pemilik kebun anggur" melambangkan Allah Bapa. "Kebun anggur" adalah umat pilihan Allah, yaitu Israel pada masa Perjanjian Lama. "Para pekerja" mewakili para pemimpin agama dan umat Israel yang dipercayakan untuk mengelola umat Allah. "Para hamba" yang diutus pemilik kebun adalah para nabi yang diutus Allah untuk mengingatkan umat-Nya. Dan yang paling penting, "anak" yang diutus oleh pemilik kebun adalah Yesus Kristus sendiri.

Tindakan para pekerja yang membunuh dan melemparkan anak ke luar kebun anggur menggambarkan penolakan dan penganiayaan yang dialami Yesus oleh para pemimpin Yahudi. Mereka tidak hanya menolak pesan-Nya, tetapi juga secara fisik menganiaya dan menyalibkan Dia. Frasa "melemparkannya ke luar kebun anggur" dapat diartikan sebagai penolakan total terhadap Dia, yang pada akhirnya memimpin kepada kematian-Nya di luar tembok Yerusalem.

Perumpamaan ini juga menyoroti keadilan ilahi dan perubahan rencana Allah. Karena penolakan umat pilihan terhadap Anak-Nya, Allah Bapa kemudian mengalihkan anugerah keselamatan kepada bangsa-bangsa lain ("orang lain, yang akan memberikan hasil panennya pada waktunya"). Ini merupakan nubuat tentang perluasan Injil dan pembentukan Gereja yang terdiri dari orang-orang percaya dari segala bangsa. Ayat Matius 21:39, oleh karena itu, bukan hanya kisah tentang pengkhianatan dan kekejaman, tetapi juga merupakan fondasi pemahaman tentang siapa Yesus, bagaimana Dia ditolak, dan bagaimana rencana keselamatan Allah terus berlanjut melampaui penolakan tersebut.