Ilustrasi ayat suci keluaran 6 ayat 28

Keluaran 6:28

"Pada hari TUHAN berfirman kepada Musa di tanah Mesir, dan TUHAN berfirman kepada Musa, kata-Nya: Akulah TUHAN."

Ayat yang terdapat dalam kitab Keluaran 6:28 ini merupakan sebuah momen krusial dalam narasi Alkitab. Ayat ini bukanlah sekadar pengulangan kata, melainkan penegasan fundamental mengenai identitas dan otoritas Tuhan. Dalam konteks cerita, ayat ini muncul setelah Tuhan kembali menegaskan janji-Nya kepada Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

Setelah Musa merasa ragu dan bahkan mempertanyakan efektivitasnya sendiri dalam menjalankan tugas yang diberikan Tuhan, Tuhan menampakkan diri lagi kepada Musa. Penampakan ini sangat penting karena Tuhan memperkenalkan diri-Nya kembali, mengingatkan Musa tentang siapa Dia sebenarnya. Frasa "Akulah TUHAN" (Ibrani: "Ani Yehovah") adalah pernyataan diri yang paling mendasar dari Tuhan. Ini adalah pengakuan atas kebesaran, kekuasaan, dan kedaulatan-Nya atas segala ciptaan.

Dalam situasi di mana bangsa Israel telah lama menderita dan merasa putus asa, pengingat akan identitas Tuhan ini menjadi jangkar yang kokoh. Bagi Musa, ini adalah penegasan bahwa tugas yang diberikan kepadanya bukan datang dari manusia biasa, melainkan dari Sang Pencipta semesta alam. Dengan demikian, Musa bisa melanjutkan misinya dengan keyakinan yang diperbaharui.

Pesan dari keluaran 6 28 ini relevan tidak hanya bagi Musa pada zamannya, tetapi juga bagi kita saat ini. Ketika kita menghadapi tantangan, keraguan, atau keputusasaan, kita perlu kembali mengingat siapa Tuhan kita. Dia adalah TUHAN, yang memiliki kuasa untuk bertindak, yang setia pada janji-janji-Nya, dan yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya.

Penegasan ini juga menggarisbawahi pentingnya pengetahuan tentang Tuhan. Mengenal Tuhan bukan hanya tentang mengetahui nama-Nya, tetapi memahami karakter-Nya, janji-janji-Nya, dan kuasa-Nya. Dalam momen-momen sulit, pengetahuan ini dapat menjadi sumber kekuatan, pengharapan, dan keberanian. Keluaran 6:28 mengingatkan kita bahwa di tengah ketidakpastian dunia, identitas Tuhan adalah sebuah kepastian yang tak tergoyahkan.

Lebih lanjut, ayat ini mengajarkan kita tentang sifat wahyu ilahi. Tuhan sendiri yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Dia tidak menunggu manusia untuk menemukan-Nya, tetapi Dia secara aktif menyatakan diri-Nya. Ini menunjukkan kerinduan Tuhan untuk menjalin hubungan dengan ciptaan-Nya dan untuk membuat diri-Nya dikenal. Musa, sebagai utusan Tuhan, diberi kehormatan untuk menerima wahyu ini secara langsung dan kemudian menyampaikannya kepada bangsa Israel.

Jadi, ketika kita merenungkan keluaran 6 28, kita diajak untuk tidak hanya melihatnya sebagai bagian dari sejarah kuno, tetapi sebagai kebenaran yang hidup yang dapat menginspirasi dan menguatkan iman kita di masa kini. Identitas Tuhan sebagai "TUHAN" adalah sumber pengharapan dan kepastian yang akan selalu relevan.