"Beginilah firman TUHAN: Dari tanda ini engkau akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN. Lihat, dengan tongkat yang ada di tanganku ini aku akan memukul air sungai Nil, dan air itu akan menjadi darah."
Ayat Keluaran 7:17 adalah bagian dari narasi tentang sepuluh tulah yang ditimpakan Allah ke atas Mesir. Perintah Allah kepada Musa untuk memukul air Sungai Nil dengan tongkatnya menandai dimulainya tulah pertama yang mengerikan. Sungai Nil, yang merupakan urat nadi kehidupan bagi Mesir, sumber air minum, irigasi, dan transportasi, berubah menjadi darah. Perubahan drastis ini tidak hanya menunjukkan kekuatan Allah yang melampaui segala hukum alam, tetapi juga merupakan pesan peringatan yang keras kepada Firaun dan seluruh bangsa Mesir.
Peristiwa ini memiliki makna teologis yang mendalam. Pertama, ini adalah demonstrasi kekuasaan Allah yang mutlak atas ciptaan-Nya. Tidak ada dewa-dewa Mesir yang mampu mengendalikan unsur alam sedemikian rupa. Dengan mengubah air menjadi darah, Allah menunjukkan bahwa Dia adalah Penguasa semesta yang sejati, bukan dewa-dewa Mesir yang disembah oleh rakyatnya. Tulah ini secara langsung menyerang salah satu sumber kehidupan Mesir dan meruntuhkan klaim ketuhanan para dewa mereka.
Kedua, keluaran 7:17 menyoroti ketidakberdayaan Firaun. Meskipun Firaun berkeras hati dan menolak untuk membiarkan bangsa Israel pergi, Allah terus memberikan tanda-tanda yang semakin dahsyat. Tulah air menjadi darah ini memaksa Firaun dan rakyatnya untuk menghadapi kenyataan akan kekuatan ilahi yang berhadapan dengan kekerasan hati manusia. Tanda ini adalah cara Allah untuk menegaskan identitas-Nya sebagai TUHAN yang berdaulat dan memiliki kuasa untuk menghukum serta menyelamatkan.
Air sungai yang berubah menjadi darah menimbulkan kepanikan dan ketakutan. Bau busuk menyebar, ikan mati, dan sumber air minum menjadi tidak layak konsumsi. Seluruh Mesir terperosok dalam krisis yang diakibatkan oleh tulah ini. Namun, di tengah malapetaka tersebut, tersirat pula kebaikan ilahi. Allah memberikan tanda ini agar bangsa Israel, dan juga bangsa Mesir, dapat mengetahui bahwa Dia adalah TUHAN. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan mengakui kedaulatan-Nya.
Bagi bangsa Israel, tulah ini menjadi bukti bahwa Allah menyertai mereka dalam perjalanan keluar dari perbudakan. Tanda ini menguatkan iman mereka dan meyakinkan mereka bahwa pembebasan adalah mungkin. Di sisi lain, bagi Firaun dan Mesir, ini adalah panggilan terakhir untuk melepaskan bangsa Israel. Namun, kesombongan dan kekerasan hati Firaun membuatnya terus menolak, yang akhirnya berujung pada tulah-tulah yang lebih mengerikan.
Keluaran 7:17 adalah pengingat akan pentingnya mendengar dan menaati firman Tuhan. Tanda-tanda yang diberikan Allah seringkali bertujuan untuk membawa kita kepada pengenalan yang lebih dalam akan diri-Nya dan untuk mengarahkan kita pada jalan yang benar. Dengan memahami konteks dan makna dari ayat ini, kita dapat merenungkan bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita, seringkali melalui cara-cara yang tidak terduga, untuk menunjukkan kebaikan-Nya dan menegaskan kedaulatan-Nya. Keberadaan keluaran 7:17 menjadi saksi bisu akan kuasa ilahi yang mampu mengubah segala sesuatu, bahkan sumber kehidupan menjadi tanda peringatan yang dahsyat.