"Maka diangkatlah mereka semua naik ke atas, lalu mereka berdoa, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengetahui hati semua orang. Tunjukkanlah dari kedua orang ini siapa yang Engkau pilih untuk mengambil bagian dalam pelayanan dan kerasulan yang ditinggalkan oleh Yudas, karena ia telah jatuh, supaya ia pergi ke tempatnya sendiri." Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu, dan undi jatuh kepada Matias. Dan dengan demikian ia turut menjadi seorang dari kedua belas rasul itu." (Kisah Para Rasul 1:24-26)
Kisah Para Rasul 1:23 membuka lembaran penting dalam narasi perkembangan gereja mula-mula. Setelah kenaikan Yesus Kristus ke surga, para pengikut-Nya, yang berjumlah sekitar seratus dua puluh orang, berkumpul di Yerusalem. Mereka menyadari bahwa tugas besar yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan kelengkapan jumlah rasul yang telah ditentukan. Yudas Iskariot, yang mengkhianati Yesus, telah tiada, meninggalkan kekosongan yang harus diisi. Keadaan ini menuntut sebuah keputusan penting: bagaimana memilih pengganti Yudas?
Proses pemilihan yang dijelaskan dalam ayat ini sangat menarik. Para rasul dan pengikut Kristus lainnya tidak mengambil keputusan secara sembarangan atau berdasarkan popularitas semata. Mereka mengangkat dua kandidat yang memenuhi kualifikasi tertentu: Yusuf yang disebut Barsabas, yang juga dipanggil Yustus, dan Matias. Kedua individu ini bukanlah tokoh sembarangan. Mereka adalah saksi mata kehidupan dan pelayanan Yesus, serta telah mengikuti-Nya sejak awal. Ini menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam menjalankan mandat yang diberikan oleh Sang Guru.
Ayat 24 memberikan konteks lebih lanjut tentang bagaimana mereka menyeleksi kedua calon ini. Mereka berdoa memohon tuntunan Ilahi, mengakui bahwa hanya Tuhan yang mengetahui hati sejati setiap orang. Ini adalah inti dari seluruh proses: penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Doa ini bukan sekadar formalitas, melainkan pengakuan akan keterbatasan manusia dan kebutuhan akan hikmat ilahi untuk membuat keputusan yang krusial bagi masa depan pelayanan Kristus. Mereka memohon agar Tuhan menunjukkan siapa yang dipilih-Nya untuk mengambil tempat Yudas.
Metode pemilihan yang digunakan selanjutnya adalah dengan membuang undi. Dalam budaya kuno, membuang undi adalah cara untuk menyerahkan keputusan akhir kepada Tuhan, di mana hasil undian dipandang sebagai manifestasi kehendak-Nya. Undi pun jatuh kepada Matias. Peristiwa ini bukan hanya sekadar pengisian posisi kosong. Pemilihan Matias menegaskan kembalinya jumlah rasul menjadi dua belas orang, sebuah angka yang memiliki makna simbolis mendalam, mengingatkan pada dua belas suku Israel. Ini menandakan bahwa misi Injil kini diperluas, tidak lagi terbatas pada Israel, tetapi akan menjangkau seluruh dunia.
Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting tentang kepemimpinan dan pelayanan dalam komunitas Kristiani. Pertama, pentingnya menjaga kelengkapan kesaksian. Para rasul sadar akan mandat untuk menjadi saksi Kristus, dan kelengkapan mereka adalah bagian dari penggenapan amanat itu. Kedua, ketergantungan pada doa dan bimbingan Tuhan. Setiap keputusan besar harus dilandasi oleh doa dan penyerahan diri kepada kehendak-Nya. Ketiga, kualifikasi moral dan spiritual. Calon yang dipilih haruslah orang yang telah teruji imannya dan setia mengikuti Kristus. Terakhir, peran Tuhan dalam menentukan pilihan-Nya. Meskipun manusia berusaha memilih yang terbaik, keputusan akhir tetap berada di tangan Tuhan. Pemilihan Matias menjadi bukti bahwa Tuhan aktif dalam membentuk dan memelihara gereja-Nya, memastikan bahwa Injil terus tersebar melalui para utusan-Nya yang setia.