"untuk menyertai kedua belas rasul itu, menggantikan Yudas, yang telah jatuh ke dalam pelanggaran untuk pergi ke tempatnya sendiri."
Kisah Para Rasul 1:25 mengacu pada sebuah momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Setelah pengkhianatan dan kematian Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas rasul Yesus, para murid menyadari adanya kekosongan yang perlu diisi. Yudas, yang seharusnya menjadi bagian dari kelompok inti yang diutus untuk melanjutkan pekerjaan Kristus, telah "jatuh ke dalam pelanggaran". Ini bukan sekadar kesalahan moral, melainkan pengkhianatan yang memisahkan dirinya dari persekutuan dengan Tuhan dan para rasul lainnya.
Kehidupan para rasul dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa luar biasa yang membentuk fondasi iman Kristen. Mereka menyaksikan secara langsung ajaran Yesus, mukjizat-Nya, penderitaan-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya. Tanggung jawab yang diemban oleh para rasul sangat besar: menjadi saksi Kristus di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi.
Petrus, sebagai pemimpin di antara para rasul, memimpin diskusi penting ini. Ia menekankan bahwa tugas untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus harus dilanjutkan oleh seseorang yang telah menyertai mereka sejak awal, sejak pembaptisan Yohanes hingga kebangkitan Yesus. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman langsung dan kesaksian yang otentik. Pemilihan seorang rasul baru bukanlah sekadar mengisi jabatan, tetapi memastikan kesinambungan misi Kristus dengan orang-orang yang benar-benar telah dipilih dan dilatih oleh-Nya.
Proses pemilihan ini kemudian dijelaskan dalam ayat-ayat selanjutnya. Para murid menetapkan dua orang calon yang memenuhi kriteria: Yusuf, yang disebut Barnabas, dan Matias. Keduanya adalah pribadi yang saleh dan telah setia mengikuti Kristus. Namun, untuk memastikan kehendak Tuhan, mereka berdoa dan kemudian melemparkan undi. Pelemparan undi ini adalah cara yang diakui pada masa itu untuk menyerahkan keputusan akhir kepada Tuhan, meyakini bahwa Roh Kudus akan menuntun hasil akhirnya.
Hasil undi jatuh kepada Matias. Dengan demikian, Matias menjadi rasul kedua belas, menggantikan Yudas. Pemilihan ini menegaskan kembali prinsip bahwa Allah bekerja melalui manusia yang dipilih-Nya untuk melanjutkan karya-Nya di dunia. Matias kini menjadi bagian dari kelompok elit yang akan memiliki peran fundamental dalam penyebaran Injil.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kepemimpinan yang bijak, kesetiaan pada misi, dan keyakinan pada tuntunan ilahi. Peristiwa ini bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga sebuah teladan bagaimana komunitas iman harus menghadapi tantangan dan mengambil keputusan demi kelangsungan pelayanan. Kehidupan para rasul, termasuk Matias yang baru dipilih, menjadi inspirasi bagi setiap orang percaya untuk hidup setia dan menjadi saksi Kristus di mana pun mereka berada.