Lalu mereka berdoa, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengetahui hati semua orang. Tunjukkanlah dari kedua orang ini siapa yang Engkau pilih..."
Pembukaan Kitab Kisah Para Rasul membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Setelah kenaikan Yesus ke surga, para murid yang tersisa berkumpul dalam satu hati dan pikiran, bertekun dalam doa dan permohonan. Suasana kebersamaan ini menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan iman dan kesaksian mereka. Di tengah ketidakpastian dan harapan akan penggenapan janji Roh Kudus, mereka dihadapkan pada sebuah kebutuhan mendesak: mengganti kedudukan Yudas Iskariot yang telah berkhianat dan pergi ke tempatnya sendiri.
Ayat 24 dari pasal pertama Kisah Para Rasul mencatat sebuah doa yang indah dan penuh keyakinan. Doa ini bukan sekadar permohonan kepada kekuatan yang lebih tinggi, melainkan sebuah pengakuan akan kedaulatan dan hikmat ilahi. Para murid secara tulus mengakui bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui hati setiap orang. Mereka tidak dapat mengandalkan penilaian manusiawi, penampilan luar, atau bahkan rekomendasi dari sesama. Penilaian mereka terhadap calon pengganti Yudas haruslah didasarkan pada pengetahuan yang sempurna dari Sang Pencipta.
Pemilihan ini bukanlah keputusan yang diambil secara gegabah. Perluasan pekerjaan pelayanan yang akan diemban oleh rasul membutuhkan sosok yang benar-benar dipilih oleh Tuhan, seseorang yang akan setia dalam kesaksian dan pelayanan. Yudas, meskipun awalnya dipilih oleh Yesus, telah menunjukkan bahwa hatinya tidak sepenuhnya tertuju pada Tuhan dan misi-Nya. Oleh karena itu, penggantiannya haruslah melalui campur tangan ilahi agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Doa ini menegaskan kerendahan hati para murid dan kesadaran mereka akan keterbatasan manusia dalam menilai kelayakan seseorang untuk tugas sepenting ini.
Doa yang mereka panjatkan juga mengindikasikan sebuah proses seleksi yang transparan. Mereka mengajukan dua kandidat, yaitu Yusuf yang disebut Barsabas dan Matias. Keduanya adalah orang-orang yang telah bersama-sama dengan para rasul sejak awal pelayanan Yesus, mulai dari pembaptisan Yohanes hingga kenaikan-Nya. Pengalaman bersama ini penting, namun tetap saja, penilaian akhir diserahkan kepada Tuhan. Dengan demikian, pemilihan Matias sebagai pengganti Yudas menjadi sebuah bukti nyata bahwa Tuhan mendengarkan doa umat-Nya dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna. Kisah ini mengajarkan kita pentingnya melibatkan Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan, terutama ketika menyangkut pelayanan dan kepemimpinan, serta keyakinan bahwa Dia mengetahui apa yang terbaik bagi umat-Nya.