"Pada suatu ketika, selagi Ia makan bersama-sama mereka, Ia melarang murid-murid-Nya meninggalkan Yerusalem, tetapi berpesan kepada mereka: "Hendaklah kamu menantikan apa yang telah dijanjikan Bapa, seperti yang telah kamu dengar dari pada-Ku."
Gambaran visual tentang Yesus bersama murid-murid-Nya, menanti janji.
Ayat pembuka dari pasal pertama Kisah Para Rasul ini membawa kita pada momen krusial dalam sejarah iman Kristen. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus tidak serta-merta menghilang dari pandangan dunia. Sebaliknya, Ia menghabiskan waktu bersama para murid-Nya, memberikan pengajaran terakhir, menguatkan iman mereka, dan mempersiapkan mereka untuk tugas besar yang menanti. Momen makan bersama yang digambarkan dalam ayat 4 ini bukanlah sekadar kegiatan sosial biasa, melainkan sebuah kesempatan berharga untuk Yesus menyampaikan pesan yang fundamental.
Pesan itu tegas: "Hendaklah kamu menantikan apa yang telah dijanjikan Bapa." Penekanan pada kata "menantikan" menunjukkan sebuah imperatif, sebuah perintah yang tidak bisa diabaikan. Para murid tidak diperintahkan untuk segera bertindak atas inisiatif mereka sendiri, melainkan untuk bersabar dan menunggu. Menunggu apa? Menunggu "apa yang telah dijanjikan Bapa." Ini merujuk pada janji Bapa yang telah disampaikan melalui nabi-nabi, dan yang Yesus sendiri telah firmankan sebelumnya. Janji ini, sebagaimana kita pahami dari konteks kitab ini, adalah pencurahan Roh Kudus yang akan memberi kuasa kepada mereka untuk menjadi saksi-Nya.
Perintah Yesus untuk menantikan janji Bapa ini adalah kunci untuk memahami seluruh perjalanan para rasul setelah kenaikan-Nya. Tanpa Roh Kudus, tugas yang dipercayakan kepada mereka—memberitakan Injil ke seluruh dunia—akan terasa mustahil. Roh Kuduslah yang akan memberikan keberanian, hikmat, dan kuasa ilahi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan, mengalahkan ketakutan, dan memenangkan jiwa-jiwa. Janji Bapa ini bukan sekadar pemberian pasif, melainkan persiapan aktif untuk sebuah misi transformatif.
Perintah Yesus ini juga menyoroti pentingnya kedaulatan Allah dalam setiap gerakan gereja. Bukan dari kekuatan manusia semata, melainkan dari kuasa Roh Kudus yang dicurahkan sesuai kehendak dan waktu Allah. Para murid perlu belajar untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan, tidak pada kemampuan mereka sendiri. Penantian ini mengajarkan kerendahan hati dan kepercayaan penuh kepada janji Allah, sebuah pelajaran yang sangat relevan hingga kini bagi setiap orang percaya yang rindu melayani Tuhan dengan efektif. Kisah rasul rasul 1 4 ini menjadi fondasi yang kuat bagi seluruh narasi Kisah Para Rasul, mengarahkan fokus pada sumber kuasa sejati dari pelayanan para rasul.