Kisah Rasul 10:1 memperkenalkan kita pada sosok Kornelius, seorang perwira Romawi yang bertugas di Kaisarea. Ia bukanlah orang Yahudi, namun gambaran yang diberikan tentang dirinya sungguh luar biasa. Alkitab mencatatnya sebagai seorang yang saleh dan takut akan Allah, sebuah deskripsi yang jarang diberikan kepada non-Yahudi pada masa itu. Perhatikan bahwa ia tidak hanya sekadar menjalankan ritual keagamaan, tetapi benar-benar memiliki ketakutan ilahi yang membentuk seluruh kehidupannya.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa Kornelius dan seluruh keluarganya juga memiliki sifat yang sama. Ini menunjukkan bahwa kehidupannya yang saleh bukanlah sekadar penampilan pribadi, melainkan telah tertanam kuat dalam lingkungan terdekatnya. Kehidupan keluarga yang dibina dalam prinsip-prinsip kebenaran dan kekudusan adalah kesaksian yang kuat. Di tengah masyarakat yang mungkin dipenuhi dengan berbagai macam kepercayaan dan praktik, Kornelius dan keluarganya memilih jalan yang berbeda, jalan yang mendatangkan perkenanan Tuhan.
Ayat ini tidak berhenti pada gambaran karakter. Ia juga menyoroti tindakan nyata dari iman Kornelius. "Ia memberi sedekah dengan berlimpah-limpah kepada umat itu dan berdoa kepada Allah setiap waktu." Frasa "memberi sedekah dengan berlimpah-limpah" menunjukkan kedermawanan yang luar biasa, melampaui kewajiban biasa. Perhatiannya tertuju pada mereka yang membutuhkan, menunjukkan belas kasihan yang mencerminkan sifat Allah sendiri. Ini bukan sekadar memberi sisa, tetapi memberikan dengan sukarela dan penuh kasih.
Bagian kedua dari deskripsi tindakan Kornelius adalah "berdoa kepada Allah setiap waktu." Ini menegaskan komitmennya untuk terus menerus berkomunikasi dengan Tuhan. Doa bukanlah kegiatan sesekali baginya, melainkan sebuah gaya hidup. "Setiap waktu" menyiratkan konsistensi dan ketergantungan total pada bimbingan dan penyertaan ilahi. Ia mencari Tuhan dalam setiap aspek kehidupannya, tidak hanya dalam saat-saat sulit, tetapi juga dalam keseharian.
Kisah Rasul 10:1 menjadi fondasi penting untuk seluruh narasi selanjutnya dalam pasal tersebut. Melalui sosok Kornelius, Tuhan menunjukkan bahwa belas kasihan-Nya tidak terbatas pada satu kelompok bangsa saja. Iman yang tulus, takut akan Allah, kedermawanan, dan doa yang tekun adalah kunci yang membuka pintu bagi perjumpaan ilahi yang lebih besar. Kornelius adalah contoh nyata bagaimana iman yang hidup, yang diwujudkan dalam tindakan nyata dan hubungan yang intim dengan Tuhan, dapat mengubah hidup seseorang dan membuka jalan bagi rencana-rencana Tuhan yang melampaui pemahaman manusia.