Kisah Rasul 10:10 - Pengalaman Spiritual yang Mengubah

Lalu ia menjadi sangat lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan itu disajikan, ia rebah dan melihat suatu penglihatan.

Kisah Rasul 10:10 membawa kita pada momen krusial dalam narasi awal kekristenan, yaitu pengalaman batin yang dialami oleh Rasul Petrus. Dalam ayat ini, dikisahkan bagaimana Petrus, yang saat itu sedang berpuasa dan berdoa, mengalami keadaan fisik dan spiritual yang luar biasa. Rasa lapar yang mendalam menyelimutinya, sebuah kondisi yang seringkali menjadi pintu masuk bagi refleksi diri dan pengalaman spiritual. Namun, bukan sekadar lapar fisik, ayat ini juga mencatat bahwa sementara ia menantikan santapan, ia jatuh ke dalam suatu penglihatan.

Penglihatan yang dialami Petrus bukanlah peristiwa biasa. Ia melihat sesuatu yang dramatis dan simbolis: sebuah wadah besar diturunkan dari langit, yang berisi berbagai macam binatang, baik yang haram maupun yang halal menurut hukum Taurat. Peristiwa ini tentu saja sangat mengejutkan dan membingungkan bagi seorang Yahudi seperti Petrus, yang hidup di bawah aturan ketat mengenai makanan halal dan haram. Penglihatan ini menantang pemahaman lama dan membuka cakrawala baru tentang apa yang dianggap bersih dan tidak bersih di mata Tuhan.

Kisah ini berlanjut dengan perintah dari suara di langit yang menyuruh Petrus untuk menyembelih dan makan dari binatang-binatang tersebut. Tentu saja, Petrus menolak dengan tegas, menyatakan bahwa ia tidak pernah makan sesuatu yang haram atau najis. Penolakan ini menunjukkan betapa dalam akar tradisi dan hukum yang telah mendarah daging dalam dirinya. Namun, suara tersebut menjawabnya dengan tegas, "Apa yang telah disucikan Allah, janganlah engkau sebut najis." Kalimat ini menjadi inti dari penglihatan dan pesan yang ingin disampaikan Tuhan.

Penglihatan ini bukan hanya tentang makanan, tetapi sebuah metafora yang sangat kuat. Seiring Petrus merenungkan makna penglihatan itu, datanglah utusan dari Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh namun bukan Yahudi, untuk memanggilnya. Roh Kudus kemudian menegaskan kepada Petrus bahwa ia harus pergi bersama mereka tanpa ragu, karena Tuhan telah mengutus mereka. Pada titik inilah kebenaran penglihatan itu terungkap sepenuhnya: Tuhan tidak memandang bulu, dan Ia telah mempersiapkan jalan agar Injil juga dapat menjangkau bangsa-bangsa lain, bukan hanya orang Yahudi.

Kisah Rasul 10:10, oleh karena itu, merupakan titik balik yang monumental. Pengalaman spiritual Petrus ini menjadi saksi bisu dari perluasan kasih dan rencana keselamatan Allah. Ini adalah pengingat abadi bahwa iman yang sejati harus selalu terbuka terhadap pembaruan pemahaman, bahkan ketika hal itu menantang keyakinan yang sudah ada. Pengalaman Petrus mengajarkan kita pentingnya mendengarkan suara Tuhan, menafsirkan tanda-tanda-Nya, dan memiliki keberanian untuk melampaui batas-batas budaya dan tradisi demi memenuhi kehendak-Nya yang lebih besar. Ini adalah kisah tentang wahyu ilahi yang membuka hati dan pikiran, serta iman yang siap menerima dan bertindak sesuai dengan kebenaran yang baru terungkap.