Kisah Rasul 10:12

"dan lihatlah, suatu suara berkata kepadanya: Bangkitlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah."

Kisah Rasul 10:12 - Kesaksian yang Mengubah Dunia

Kisah Rasul pasal 10 mencatat salah satu momen paling krusial dalam sejarah gereja perdana. Ayat 12, yang berbunyi "dan lihatlah, suatu suara berkata kepadanya: Bangkitlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah," adalah bagian dari pengalaman visioner yang dialami oleh Rasul Petrus. Penglihatan ini bukan sekadar peristiwa mistis, melainkan sebuah wahyu ilahi yang memiliki dampak transformatif besar, membuka pintu Injil bagi bangsa-bangsa non-Yahudi.

Pada masa itu, pemisahan antara orang Yahudi dan bangsa lain sangatlah kuat. Hukum Taurat yang diberikan kepada bangsa Israel membedakan antara makanan yang halal dan haram, dan interaksi dengan bangsa lain seringkali dianggap tidak murni. Petrus, sebagai seorang rasul terkemuka dan seorang Yahudi taat, tentu memegang teguh tradisi ini. Namun, Tuhan berkehendak untuk menunjukkan bahwa melalui Kristus, batasan-batasan tersebut telah dihapuskan.

Dalam penglihatan itu, Petrus melihat langit terbuka dan sesuatu seperti kain besar diturunkan dari keempat sudutnya ke bumi. Di dalamnya ada berbagai jenis binatang, baik yang berkaki empat, binatang melata, maupun burung-burung di udara. Kemudian, suara ilahi memanggilnya, "Bangkitlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah." Petrus, yang terkejut dan ragu, menjawab, "Tidak, Tuan, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram atau yang najis."

Namun, suara itu kembali berbicara kepadanya untuk ketiga kalinya, "Apa yang telah disucikan Allah, janganlah engkau sebut haram." Pengulangan ini menekankan betapa pentingnya pesan yang disampaikan. Melalui penglihatan ini, Tuhan secara simbolis mengajarkan kepada Petrus bahwa semua manusia, tanpa memandang latar belakang etnis atau kebangsaan mereka, telah disucikan oleh darah Kristus. Konsep "makanan haram" dalam penglihatan itu mewakili orang-orang non-Yahudi yang sebelumnya dianggap "haram" atau terpisah dari umat Allah.

Tidak lama setelah penglihatan itu, datanglah utusan dari Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh namun bukan Yahudi. Utusan tersebut diutus untuk mengundang Petrus ke rumah Kornelius. Tuhan secara khusus membimbing Petrus untuk pergi bersama mereka, yang menunjukkan kesiapan-Nya untuk membuka kesempatan keselamatan bagi semua orang. Ketika Petrus tiba di rumah Kornelius, ia menyadari kebenaran penglihatannya. Ia berkata, "Sesungguhnya aku melihat dan mengerti, bahwa Allah tidak memandang bulu. Tetapi dalam setiap bangsa, siapa saja yang takut akan Dia dan yang mengusahakan kebenaran, berkenan kepada-Nya."

Kisah Rasul 10:12 adalah titik balik yang monumental. Hal ini memungkinkan Petrus untuk menjadi orang pertama yang secara terbuka memberitakan Injil kepada orang non-Yahudi, yang berpuncak pada pertobatan Kornelius dan keluarganya. Peristiwa ini menjadi landasan penting bagi misi ke luar tembok bangsa Yahudi, memastikan bahwa pesan keselamatan Yesus Kristus tidak terbatas pada satu bangsa saja, tetapi terbuka bagi seluruh umat manusia. Kesaksian Petrus dalam peristiwa ini menegaskan kebenaran universal dari kasih karunia Allah, yang mampu menjangkau setiap hati yang mau menerima.