Bab 10 hingga 20 dari Kisah Para Rasul mencatat tonggak penting dalam penyebaran Injil: perluasan pewartaan dari Yerusalem ke bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ini adalah periode yang dinamis, penuh dengan pengalaman visioner, perdebatan teologis, dan keberanian para rasul dalam menghadapi ketidakpastian dan tantangan. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bagaimana rencana keselamatan Allah tidak terbatas pada satu bangsa saja, tetapi terbuka bagi semua orang yang percaya.
Kisah Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh, menjadi titik balik krusial. Melalui penglihatan yang jelas, Petrus diundang ke rumah Kornelius. Di sana, Petrus menyadari bahwa Allah tidak memandang bulu, dan Roh Kudus dicurahkan kepada orang-orang bukan Yahudi sebagaimana kepada orang Yahudi. Kejadian ini membuka pintu lebar-lebar bagi para rasul untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, sebuah langkah yang sebelumnya sulit dibayangkan dan menimbulkan perdebatan di kalangan jemaat Yahudi. Ini adalah manifestasi nyata dari kasih Allah yang universal.
Bab-bab selanjutnya didominasi oleh perjalanan-perjalanan misioner Rasul Paulus dan Barnabas. Mereka menjelajahi berbagai kota di Asia Kecil dan sekitarnya, mendirikan jemaat-jemaat baru, dan menghadapi berbagai macam tantangan. Paulus, seorang mantan penganiaya gereja, kini menjadi pewarta Injil yang gigih. Perjalanannya tidak selalu mulus; ia mengalami penganiayaan, dilempari batu, dipenjara, dan difitnah. Namun, imannya yang teguh dan panggilan ilahinya memampukannya untuk terus maju.
Tantangan terbesar muncul ketika para rasul dan penatua berkumpul dalam Konsili Yerusalem (Kisah 15). Perdebatan sengit terjadi mengenai apakah orang bukan Yahudi yang bertobat harus disunat dan mematuhi hukum Taurat Yahudi. Paulus dan Barnabas dengan tegas membela kebebasan mereka dari beban hukum Taurat, menekankan bahwa keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus. Keputusan konsili ini sangat penting, menegaskan bahwa iman, bukan sunat atau ketaatan pada hukum Taurat, adalah syarat utama untuk menjadi bagian dari umat Allah. Ini menjadi dasar teologis yang kuat bagi perluasan gereja global.
Sepanjang bab 10 hingga 20, kita melihat keteguhan hati para rasul, terutama Paulus, dalam menghadapi penolakan dan kesulitan. Mereka tidak gentar untuk menyampaikan kebenaran, meskipun sering kali harus berhadapan dengan otoritas agama dan sipil. Kisah-kisah ini juga menunjukkan bagaimana gereja terus bertumbuh, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Semangat pengorbanan dan kesaksian para rasul menjadi teladan bagi generasi-generasi berikutnya, membuktikan bahwa iman yang tulus mampu mengubah dunia.