Kisah Para Rasul 10:29

"Oleh sebab itu, tanpa ragu-ragu aku datang, ketika aku dijemput. Sekarang aku bertanya: Apakah maksudmu mengutus orang datang kepadaku?"

Ayat yang tertera di atas merupakan bagian krusial dari kisah yang tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 10. Ayat ini diucapkan oleh Rasul Petrus ketika ia akhirnya tiba di rumah Kornelius, seorang perwira Romawi di Kaisarea. Peristiwa ini menjadi titik balik penting dalam penyebaran Injil, menandai pembukaan pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa non-Yahudi secara luas.

Sebelum Petrus mengucapkan kata-kata tersebut, ia telah mengalami serangkaian penglihatan yang luar biasa. Dalam penglihatan itu, Tuhan menunjukkan kepadanya berbagai jenis hewan yang haram menurut hukum Taurat Yahudi, disertai dengan perintah untuk menyembelih dan memakannya. Petrus awalnya menolak, karena ia adalah seorang Yahudi yang taat dan tidak pernah makan makanan yang najis. Namun, Tuhan menegaskan, "Apa yang telah disucikan Allah, janganlah kamu sebut najis." Penglihatan ini diulanginya sebanyak tiga kali, dan kemudian utusan dari Kornelius tiba.

Kornelius sendiri adalah seorang yang saleh dan takut akan Allah, memberi sedekah kepada orang banyak dan berdoa kepada Allah senantiasa. Seorang malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan menyuruhnya mengutus orang ke Yope untuk menjemput Petrus. Perintah Tuhan yang jelas dalam penglihatan kepada Petrus, ditambah dengan kedatangan utusan Kornelius, membuat Petrus menyadari bahwa Tuhan sedang membukakan jalan baru.

Dengan penuh keraguan namun penuh ketaatan, Petrus akhirnya mengikuti utusan Kornelius. Kedatangannya ke rumah Kornelius ini adalah sesuatu yang sangat tidak biasa bagi seorang Yahudi pada masa itu, karena bergaul atau mengunjungi orang bukan Yahudi dianggap menajiskan. Namun, Petrus telah memahami pesan dari penglihatan ilahinya. Ia pergi "tanpa ragu-ragu" bukan karena ia sepenuhnya memahami segala implikasinya, tetapi karena ia percaya pada pimpinan Tuhan.

Ketika ia tiba dan bertemu dengan Kornelius serta keluarga serta sahabat-sahabatnya yang telah berkumpul, Petrus mengajukan pertanyaan, "Sekarang aku mengerti, bahwa Allah tidak memandang muka. Melainkan dalam setiap bangsa siapa saja yang takut kepada-Nya dan yang mengusahakan keadilan, Ia berkenan padanya." Pertanyaan Petrus, "Apakah maksudmu mengutus orang datang kepadaku?" merupakan pertanyaan yang penuh rasa ingin tahu dan kesiapan untuk mendengar. Ia datang untuk memahami tujuan Tuhan yang lebih besar.

Kisah rasul 10:29 bukan hanya sekadar catatan peristiwa, tetapi sebuah ilustrasi kuat tentang bagaimana Tuhan bekerja melampaui batasan budaya, tradisi, dan prasangka manusia. Petrus, melalui pengalaman ini, menjadi alat Tuhan untuk membuka Injil kepada seluruh dunia, menegaskan bahwa keselamatan tidak lagi terbatas pada satu kelompok etnis atau bangsa, melainkan tersedia bagi siapa saja yang percaya kepada Yesus Kristus. Perintah Tuhan yang tegas dan pengalaman pribadi Petrus membuka mata hati dan pikirannya, mempersiapkannya untuk tugas pelayanan yang lebih luas.