Kisah Rasul 10:3 – Hati yang Berdoa dan Terbuka

"Ia melihat dengan jelas dalam suatu penglihatan, kira-kira pukul tiga petang, seorang malaikat Allah datang dari arahnya dan berkata kepadanya: 'Kornelius!'"
Doa Tulus

Kisah Rasul 10:3 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah penyebaran Injil, yaitu pertemuan antara seorang perwira Romawi yang saleh, Kornelius, dengan pewahyuan ilahi. Ayat ini bukan sekadar catatan peristiwa, melainkan sebuah jendela yang membuka pandangan kita pada bagaimana Tuhan bekerja melampaui batas-batas etnis dan budaya. Kornelius digambarkan sebagai seorang yang takut akan Allah, dermawan, dan senantiasa berdoa. Ini menunjukkan bahwa ketaatan dan ketulusan hati, meskipun berada di luar lingkaran umat pilihan pada masa itu, tidak luput dari perhatian Sang Pencipta.

Penglihatan yang dialami Kornelius pada pukul tiga petang bukanlah sebuah kebetulan. Waktu ini, dalam tradisi Yahudi, adalah waktu doa sore. Hal ini semakin menegaskan bahwa doa-doanya telah naik menjadi bau-bauan yang menyenangkan di hadapan Allah. Kehidupan doa yang konsisten dan sikap hati yang selalu siap menerima kehendak Tuhan adalah kunci utama. Penglihatan tentang malaikat Allah yang datang dan menyebut namanya dengan akrab, "Kornelius!", menandakan bahwa Tuhan mengenalinya secara pribadi dan memiliki rencana besar baginya.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa iman bukanlah sesuatu yang pasif. Kornelius, meskipun seorang perwira Romawi yang memiliki kedudukan, tidak ragu untuk bertindak setelah menerima petunjuk ilahi. Ia segera mengutus orang untuk mencari Petrus di Yope. Tindakan cepat dan penuh keyakinan ini menunjukkan bahwa iman yang sejati akan selalu disertai dengan perbuatan. Di sisi lain, Petrus sendiri juga dihadapkan pada sebuah tantangan iman yang besar. Melalui serangkaian penglihatan, ia diajak untuk memahami bahwa Allah tidak memandang muka, dan apa yang oleh Allah dinyatakan tahir, tidak boleh ia sebut najis.

Kisah Rasul 10:3 dan kelanjutannya merupakan tonggak penting yang meruntuhkan tembok pemisah antara Yahudi dan non-Yahudi dalam gereja perdana. Ini adalah bukti nyata bahwa rencana keselamatan Allah bersifat universal dan mencakup semua bangsa. Bagi kita saat ini, kisah ini memberikan inspirasi untuk senantiasa menjaga hubungan yang intim dengan Tuhan melalui doa dan firman-Nya. Marilah kita belajar dari Kornelius untuk memiliki hati yang terus mencari Tuhan, yang dermawan dalam perbuatan, dan yang terbuka untuk menerima segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, bahkan ketika hal itu datang dalam bentuk yang tak terduga atau menantang keyakinan lama kita. Kehidupan iman yang bercahaya adalah kehidupan yang selalu siap mendengarkan dan taat pada panggilan ilahi, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Kornelius.