"Dan murid-murid itu pertama-tama disebut Kristen di Antiokhia." (Kisah Para Rasul 11:26b)
Bab 11 dan 12 dari Kitab Kisah Para Rasul merupakan periode krusial dalam penyebaran Injil Kristen. Periode ini menandai perluasan jangkauan gereja dari pusat awalnya di Yerusalem menuju bangsa-bangsa lain, serta menghadapi ujian iman yang berat melalui penganiayaan. Kisah ini menunjukkan bagaimana Allah bekerja melalui hamba-hamba-Nya, bahkan dalam situasi yang paling menantang, untuk menggenapi rencana-Nya.
Simbol perjalanan dan penyebaran kabar baik.
Setelah peristiwa Pentakosta di Yerusalem, kabar baik tentang Yesus Kristus perlahan-lahan menyebar. Namun, titik balik signifikan terjadi ketika para pengikut Kristus mulai memberitakan Injil kepada orang bukan Yahudi. Di Antiokhia, sebuah kota besar dan kosmopolitan, Injil diterima dengan antusias oleh berbagai kalangan. Di sinilah pertama kalinya murid-murid disebut sebagai "Kristen," sebuah identitas baru yang menandakan kesetiaan mereka kepada Kristus.
Kisah Para Rasul 11 mencatat bagaimana Petrus, meskipun awalnya ragu, akhirnya memahami kehendak Allah untuk menyertakan bangsa bukan Yahudi dalam Kerajaan-Nya. Penglihatan yang diterimanya membukakan matanya terhadap universalitas kasih dan keselamatan Allah. Demikian pula, Barnabas, seorang Yahudi yang penuh iman, berperan penting dalam menggembalakan dan memperkuat jemaat di Antiokhia, bahkan menjemput Paulus dari Tarsus untuk turut melayani di sana. Pertumbuhan jemaat di Antiokhia begitu pesat sehingga mereka mengirimkan bantuan kepada saudara-saudara mereka di Yudea yang sedang dilanda kelaparan. Ini menunjukkan semangat persatuan dan kepedulian antar jemaat yang berbeda latar belakang.
Namun, pertumbuhan pesat gereja juga menarik perhatian pihak berwenang, terutama Raja Herodes Agripa I. Kisah Para Rasul 12 menggambarkan periode penganiayaan yang brutal terhadap gereja. Herodes menangkap dan membunuh Yakobus, salah seorang rasul terkemuka, dengan pedang. Melihat hal ini menyenangkan hati orang Yahudi, ia kemudian memenjarakan Petrus dengan maksud untuk membunuhnya setelah Paskah.
Momen ini menjadi ujian iman yang luar biasa bagi jemaat. Alih-alih menyerah pada keputusasaan, mereka bersatu dalam doa syafaat yang tak henti-hentinya bagi Petrus. Keajaiban terjadi ketika malaikat Tuhan datang ke penjara, membebaskan Petrus dari belenggu dan penjagaan ketat. Dengan bantuan ilahi, Petrus berhasil melarikan diri dan kembali ke tempat para murid berdoa. Reaksi para murid ketika mendengar kabar pembebasan Petrus sangatlah luar biasa, mereka takjub dan bersukacita melihat campur tangan Allah yang nyata.
Sayangnya, kisah ini tidak berakhir bahagia bagi Herodes. Akibat kesombongannya menolak memberikan kemuliaan kepada Allah, ia akhirnya dihukum mati oleh Tuhan dan "dimakan habis oleh ulat." Kematian Herodes menjadi peringatan keras bahwa kekuasaan manusia tidak dapat menandingi kuasa Sang Pencipta. Kisah Para Rasul 11 dan 12 mengajarkan kita bahwa meskipun tantangan dan penganiayaan datang, iman yang teguh dan doa yang sungguh-sungguh dapat menghasilkan kemenangan yang luar biasa dan perluasan Injil yang tak terhentikan.