"Maka terpikullah telinga mereka, dan aku mendapat banyak ilham dan pengetahuan." (Kisah Para Rasul 26:19)
Kitab Kisah Para Rasul adalah sebuah narasi epik tentang penyebaran Injil Kristus pasca kenaikan-Nya ke surga. Bagian dari pasal 11 hingga 16 menyoroti perkembangan luar biasa dalam misi para rasul, terutama perjalanan misionaris Paulus dan Barnabas. Periode ini menandai pergeseran penting dalam gerakan Kristus, dari fokus awal pada komunitas Yahudi, menuju penjangkauan yang lebih luas kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Ini adalah masa penuh tantangan, mukjizat, dan pertumbuhan iman yang tak terhentikan.
Pasal 11 Kisah Para Rasul menceritakan momen krusial ketika Petrus, yang sebelumnya ragu, melayani Kornelius dan rumah tangganya. Kejadian ini membuka pintu bagi penerimaan orang non-Yahudi ke dalam persekutuan orang percaya tanpa harus terlebih dahulu menjadi Yahudi. Berita ini kemudian menyebar hingga ke Antiokhia, tempat komunitas Kristen pertama yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi terbentuk. Di sinilah Barnabas, dan kemudian Paulus, diutus untuk melayani.
Perjalanan misionaris pertama mereka, yang dibahas dalam Kisah Para Rasul pasal 13 dan 14, membawa mereka melalui Siprus dan berbagai kota di Asia Kecil, seperti Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, dan Derbe. Perjalanan ini tidak selalu mulus. Mereka menghadapi penolakan, penganiayaan, bahkan Paulus sampai dilempari batu dan ditinggalkan dalam keadaan mati di Listra. Namun, mereka dengan berani terus memberitakan Injil, menyembuhkan orang sakit, dan mendirikan jemaat-jemaat baru. Mukjizat-mukjizat yang menyertai pelayanan mereka menjadi bukti otoritas ilahi dan menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk mendengar dan menerima kabar baik.
Salah satu peristiwa signifikan yang dicatat dalam Kisah Para Rasul adalah Konsili Yerusalem, yang dijelaskan dalam pasal 15. Muncul perdebatan sengit mengenai apakah orang percaya non-Yahudi harus disunat dan mematuhi hukum Taurat Musa. Yakobus, pemimpin jemaat di Yerusalem, memimpin diskusi yang bijak. Akhirnya, diputuskan bahwa orang percaya non-Yahudi tidak perlu mengikuti hukum Taurat, melainkan cukup untuk menjauhi pencemaran berhala, percabulan, hasil jerat binatang, dan darah. Keputusan ini sangat krusial untuk kesatuan gereja dan perluasan Injil ke seluruh dunia.
Kisah Para Rasul pasal 16 mengisahkan perpecahan antara Paulus dan Barnabas mengenai apakah mereka harus membawa Yohanes yang disebut Markus dalam perjalanan misionaris mereka selanjutnya. Barnabas ingin membawanya, tetapi Paulus tidak bersedia karena Markus pernah meninggalkan mereka sebelumnya. Perpecahan ini, meskipun menyakitkan, tidak menghentikan penyebaran Injil. Barnabas dan Markus pergi ke Siprus, sementara Paulus, ditemani Silas, memulai perjalanan misionaris kedua yang membawa mereka ke Asia Kecil dan kemudian ke Makedonia.
Di Troas, Paulus mendapat penglihatan tentang seorang Makedonia yang memohon bantuannya. Hal ini mengarahkan mereka ke Eropa untuk pertama kalinya. Mereka melayani di Filipi, Tesalonika, dan Berea. Di Filipi, mereka mengalami perlakuan keras, termasuk pemenjaraan, namun bahkan di dalam penjara, mereka memberitakan Injil dan banyak orang bertobat, termasuk kepala penjara. Perjalanan ini menunjukkan keberanian luar biasa dan keyakinan teguh para rasul dalam menjalankan amanat Kristus, menghadapi rintangan demi rintangan demi menyebarkan kasih dan kebenaran-Nya. Kisah mereka terus menjadi inspirasi bagi umat beriman hingga kini.