"Berita tentang mereka itu sampai terdengar oleh jemaat di Yerusalem, lalu mereka mengutus Barnabas ke Antiokhia."
Kisah Para Rasul 11:22 menggarisbawahi sebuah momen penting dalam penyebaran Injil setelah kebangkitan Yesus Kristus. Ayat ini secara ringkas menceritakan bagaimana berita tentang pertobatan orang-orang bukan Yahudi di Antiokhia akhirnya sampai ke telinga para pemimpin jemaat di Yerusalem. Ini bukan hanya sekadar penyampaian informasi, melainkan sebuah titik balik yang menunjukkan perluasan Kerajaan Allah melampaui batas-batas etnis dan budaya Yahudi.
Sebelumnya, kabar baik tentang Yesus dan ajaran-Nya terutama disebarkan di kalangan orang Yahudi. Namun, peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta di Yerusalem, seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal 2, telah membuka pintu bagi pemahaman baru tentang rencana Allah. Roh Kudus dicurahkan kepada semua orang yang percaya, tanpa memandang latar belakang mereka.
Di Antiokhia, sebuah kota besar dan kosmopolitan di Suriah, terdapat komunitas orang percaya yang mulai bertumbuh, termasuk orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Mereka ini adalah orang-orang yang telah mendengar tentang Yesus Kristus, dan melalui karya Roh Kudus, mereka menerima iman dan bertobat. Keberadaan komunitas yang beragam ini menandakan bahwa pesan Injil tidak lagi terbatas pada satu kelompok etnis saja, melainkan memiliki daya tarik universal.
Ketika berita tentang pertumbuhan gereja di Antiokhia, khususnya fakta bahwa orang-orang bukan Yahudi pun turut menerima Kristus, sampai ke Yerusalem, jemaat di sana bereaksi. Reaksi ini sungguh luar biasa. Alih-alih merasa curiga atau menolak, mereka justru bersemangat dan mengambil langkah proaktif. Mereka mengutus Barnabas, seorang Yahudi yang saleh dan penuh dengan Roh Kudus, untuk pergi ke Antiokhia.
Pengutusan Barnabas bukan tanpa alasan. Barnabas dikenal sebagai pribadi yang baik, penuh iman, dan memiliki kemampuan untuk menguatkan orang lain. Ia dikirim untuk melihat sendiri apa yang terjadi, memberikan dukungan, dan mengajar lebih lanjut mengenai ajaran Kristus. Kehadiran Barnabas di Antiokhia terbukti sangat krusial. Ia melihat bukti kasih karunia Allah yang nyata pada orang-orang percaya di sana, baik Yahudi maupun bukan Yahudi. Ia bersukacita dan mendorong mereka untuk tetap setia kepada Tuhan dengan segenap hati. Di bawah kepemimpinannya, pertumbuhan gereja di Antiokhia semakin pesat.
Simbol hati melambangkan kasih dan penyebaran pesan.
Ayat ini membawa makna mendalam tentang inklusivitas dalam rencana keselamatan Allah. Ia menunjukkan bahwa keselamatan melalui Yesus Kristus ditawarkan kepada semua orang, tanpa terkecuali. Latar belakang suku, budaya, atau kebangsaan bukanlah penghalang bagi seseorang untuk menerima anugerah keselamatan.
Selanjutnya, Kisah Rasul 11:22 juga menyoroti pentingnya komunitas iman yang mendukung pertumbuhan. Jemaat di Yerusalem, melalui kebijaksanaan dan dorongan ilahi, merespons dengan positif terhadap apa yang Allah lakukan di Antiokhia. Mereka mengirimkan seseorang yang tepat untuk memelihara dan menguatkan komunitas yang baru lahir tersebut. Ini mengajarkan kita pentingnya menjaga hubungan antar gereja dan saling mendukung dalam pelayanan.
Kisah para rasul, termasuk ayat 11:22 ini, adalah pengingat abadi bahwa Allah terus bekerja dalam membentuk dan memperluas gereja-Nya. Ia menggunakan individu seperti Barnabas dan komunitas seperti jemaat di Yerusalem untuk membawa pesan harapan dan transformasi ke seluruh penjuru dunia. Pertumbuhan gereja di Antiokhia menjadi bukti nyata bahwa kabar baik tidak dapat dibendung, dan Roh Kudus bekerja secara aktif untuk menjangkau hati yang paling beragam sekalipun.