Dan dengan perkataan-perkataan demikian mereka sedikitnya dapat menahan orang banyak, supaya jangan mempersembahkan korban kepada mereka.
Ayat dari Kisah Para Rasul 14:18 ini membawa kita pada sebuah momen krusial dalam pelayanan Paulus dan Barnabas di kota Listra. Peristiwa ini terjadi setelah mereka melakukan mukjizat penyembuhan terhadap seorang pria yang lumpuh sejak lahir. Mukjizat tersebut menimbulkan kekaguman luar biasa dari penduduk setempat, yang serta merta menganggap Paulus dan Barnabas sebagai dewa yang turun ke bumi. Mereka bahkan hendak mempersembahkan korban kepada kedua rasul tersebut, sebuah tindakan yang sangat bertentangan dengan ajaran yang mereka bawa.
Dalam Kisah Rasul 14:18, kita melihat bagaimana reaksi cepat dan tegas Paulus dan Barnabas berusaha menahan tindakan pemujaan yang salah arah ini. Mereka merobek pakaian mereka sebagai tanda kesedihan dan keprihatinan yang mendalam, sebuah gestur yang menunjukkan betapa mereka tidak menginginkan kemuliaan bagi diri mereka sendiri, melainkan hanya bagi Allah yang benar. Ungkapan mereka, "Mengapa kamu berbuat begini? Kami hanya manusia biasa sama seperti kamu, dan kami memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan berhala-berhala yang tidak berguna ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan segala isinya," merupakan inti dari pesan yang ingin mereka sampaikan.
Kisah ini bukan sekadar tentang penolakan terhadap pemujaan pribadi, tetapi juga tentang penekanan pada **pertobatan** dan pengenalan akan Allah yang sejati. Paulus dan Barnabas tidak hanya menghentikan tindakan yang salah, tetapi mereka juga secara aktif mengarahkan perhatian orang banyak kepada sumber kuasa ilahi yang sesungguhnya. Mereka berusaha menjelaskan bahwa mukjizat yang terjadi bukanlah karena kekuatan mereka sendiri, melainkan karena kuasa Allah yang bekerja melalui mereka. Ini adalah contoh teladan tentang kerendahan hati para hamba Tuhan yang selalu mengutamakan kemuliaan Allah di atas segalanya.
Lebih jauh lagi, konteks Kisah Rasul 14:18 menggarisbawahi pentingnya **doa** dan hubungan yang intim dengan Tuhan. Tindakan Paulus dan Barnabas untuk menahan orang banyak dan mengarahkan mereka kepada Allah yang benar, tentu saja, didasari oleh iman dan kekuatan yang diperoleh dari doa. Dalam menghadapi situasi yang membingungkan dan berpotensi menyesatkan seperti itu, mereka mengandalkan pimpinan dan hikmat dari Roh Kudus untuk memberikan respons yang tepat. Ini mengajarkan kita bahwa dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari, komunikasi yang terus-menerus dengan Tuhan melalui doa adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada-Nya dan untuk dapat memimpin orang lain ke jalan yang benar.
Ketika orang-orang Listra hampir saja mempersembahkan korban, Paulus dan Barnabas bertindak tegas. Ayat ini memberikan gambaran tentang upaya mereka untuk mengalihkan perhatian dari diri mereka sendiri kepada Allah. Mereka menegaskan jati diri mereka sebagai manusia biasa, bukan dewa. Penegasan ini sangat penting untuk mencegah kesalahan pemahaman dan penyembahan yang tidak pada tempatnya. Mereka ingin orang-orang Listra memahami bahwa segala kuasa dan kemuliaan berasal dari Tuhan yang pencipta alam semesta, bukan dari mereka yang hanya menjadi alat-Nya.
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita akan panggilan untuk selalu memberikan hormat dan pujian hanya kepada Allah. Kisah ini juga menekankan bagaimana para rasul dengan gigih berusaha menyampaikan pesan Injil, bahkan ketika dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Mereka tidak hanya berhenti pada penolakan, tetapi mereka juga mengambil kesempatan untuk mengajar dan mengarahkan orang kepada kebenaran.
Dengan memahami Kisah Rasul 14:18, kita diajak untuk meneladani sikap Paulus dan Barnabas dalam memberikan kesaksian tentang Tuhan, dengan kerendahan hati, keberanian, dan kejelasan pesan Injil. Tujuannya selalu sama: agar setiap orang berbalik dari penyembahan berhala, baik itu berhala yang berbentuk fisik maupun yang bersifat abstrak seperti kesuksesan, materi, atau bahkan diri sendiri, dan akhirnya mengarahkan hidup mereka kepada Allah yang hidup.