Kisah Rasul 14:26 - Perjalanan Sang Rasul

"Dari sana berlayarlah mereka ke Antiokhia, tempat asal mereka diutus, dan dari situ mereka telah diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk pekerjaan yang sekarang mereka selesaikan."

Kisah Para Rasul 14:26 menggoreskan sebuah momen krusial dalam pelayanan para rasul, khususnya Paulus dan Barnabas. Ayat ini menjadi penanda penting kembalinya mereka ke Antiokhia, pusat misi mereka, setelah menyelesaikan perjalanan penginjilan pertama yang penuh tantangan dan sukacita. Di Antiokhia inilah, mereka pertama kali diutus oleh jemaat untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Kepulangan mereka bukan sekadar akhir dari sebuah perjalanan fisik, melainkan konfirmasi dari sebuah tugas ilahi yang telah mereka jalankan dengan setia.

Simbol perjalanan dan penyelesaian tugas misi

Perjalanan yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 14 ini mencakup berbagai kota dan daerah, termasuk Ikonium, Listra, dan Derbe. Di setiap tempat, Paulus dan Barnabas mengalami penolakan, penganiayaan, bahkan pelemparan batu, namun mereka juga menyaksikan banyak orang bertobat dan menerima Kristus. Kesaksian mereka tidak hanya disampaikan melalui perkataan, tetapi juga melalui mujizat dan tanda-tanda yang menyertai pelayanan mereka. Kisah tentang penyembuhan orang lumpuh di Listra, yang menyebabkan penduduk setempat menganggap mereka sebagai dewa Zeus dan Hermes, adalah salah satu peristiwa paling dramatis. Namun, segera setelah itu, suasana berubah drastis ketika Paulus dilempari batu hingga dianggap mati, namun ia bangkit kembali dan melanjutkan pelayanannya.

Ayat 14:26 memberikan penekanan pada "kasih karunia Allah". Ini bukan hanya sekadar keberuntungan atau kebetulan, tetapi kekuatan ilahi yang memampukan mereka menghadapi kesulitan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Kasih karunia inilah yang menjadi sumber kekuatan, keberanian, dan ketekunan mereka. Mereka menyadari bahwa keberhasilan mereka bukanlah karena kekuatan atau hikmat mereka sendiri, melainkan karena penyertaan dan dukungan dari Sang Ilahi. Mereka telah diserahkan kepada kasih karunia itu, yang berarti mereka mempercayakan diri sepenuhnya pada pimpinan dan pemeliharaan Tuhan.

Kembalinya mereka ke Antiokhia menjadi momen refleksi dan laporan. Mereka berbagi tentang apa yang telah Allah kerjakan melalui mereka, dan betapa luasnya pintu pertobatan yang telah dibukakan bagi bangsa-bangsa lain. Pengalaman ini menguatkan iman jemaat di Antiokhia dan menjadi dasar bagi misi-misi selanjutnya. Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya meneladani kesetiaan para rasul dalam menjalankan panggilan Allah, serta keyakinan pada kasih karunia-Nya yang tak terbatas. Setiap langkah pelayanan kita, sekecil apapun, dibimbing dan diberkati oleh kasih karunia yang sama yang memampukan Paulus dan Barnabas. Perjalanan mereka adalah bukti nyata bahwa dengan iman dan penyertaan Tuhan, apapun dapat diselesaikan demi kemuliaan nama-Nya.