Ayat ke-4 dari pasal 14 Kitab Para Rasul mencatat sebuah momen krusial dalam perjalanan misi Barnabas dan Paulus. Momen ini menggambarkan realitas yang dihadapi para rasul dalam menyebarkan ajaran Injil: tidak semua orang akan menerima pesan tersebut dengan tangan terbuka. Di sebuah kota, perkataan dan perbuatan mereka menimbulkan reaksi yang beragam, membelah opini masyarakat.
Seperti yang tertulis, "Tetapi menjadi terbelah kota itu, dan ada yang memihak Yahudi, dan ada yang memihak rasul-rasul itu." Frasa "terbelah kota itu" secara jelas menunjukkan adanya polarisasi. Tidak ada sikap netral; orang-orang terbagi menjadi dua kubu yang berlawanan. Satu kubu adalah mereka yang tetap berpegang pada tradisi dan pemahaman mereka sendiri, kemungkinan besar merujuk pada kelompok Yahudi yang menentang ajaran baru yang dibawa oleh Paulus dan Barnabas. Kelompok ini mungkin merasa ajaran tersebut mengancam keyakinan atau otoritas mereka.
Di sisi lain, ada kelompok yang memihak kepada para rasul. Mereka adalah orang-orang yang terbuka terhadap pesan Injil, yang melihat kebenaran dan kekuatan dalam ajaran Kristus yang disampaikan oleh Paulus dan Barnabas. Kelompok ini mungkin terdiri dari orang-orang yang mencari pengharapan, keadilan, atau jalan hidup yang baru. Perpecahan ini bukan sekadar perbedaan pendapat biasa, melainkan sebuah benturan ideologi dan keyakinan yang fundamental.
Kisah ini menyoroti keberanian yang luar biasa dari para rasul. Mereka tidak gentar menghadapi perpecahan dan potensi konflik yang timbul akibat pemberitaan mereka. Mereka tahu bahwa ajaran yang mereka bawa adalah kebenaran ilahi, dan mereka berkomitmen untuk menyampaikannya tanpa takut. Keberanian mereka bukan berarti kebal terhadap kesulitan, tetapi keyakinan mereka kepada Tuhan yang menggerakkan mereka untuk tetap maju, meskipun dihadapkan pada perpecahan yang tajam di tengah masyarakat.
Peristiwa ini juga memberikan pelajaran penting bagi kita tentang bagaimana pesan kebenaran dapat diterima. Selalu akan ada orang yang menolak, karena berbagai alasan, baik karena ketakutan, kesalahpahaman, kepentingan pribadi, maupun kekerasan hati. Namun, selalu pula akan ada orang yang merindukan kebenaran dan terbuka untuk menerimanya. Tugas kita, seperti para rasul, adalah untuk terus memberitakan dengan setia, dengan harapan bahwa pesan itu akan menyentuh hati mereka yang siap menerima.
Kisah Rasul 14:4 adalah pengingat bahwa pelayanan dan pemberitaan Firman sering kali tidak disambut dengan keseragaman. Perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, namun yang terpenting adalah bagaimana kita meresponsnya. Para rasul memilih untuk tidak mundur, melainkan terus melayani dan mengajar, membawa terang ke dalam kegelapan, bahkan di tengah perpecahan. Ini adalah teladan keberanian, ketekunan, dan iman yang patut kita renungkan dan aplikasikan dalam kehidupan kita.