Kisah Rasul 14 5: Menghadapi Pertentangan & Kegeraman

"Dan ketika ada niat kedua bangsa itu bersama-sama dengan penguasa-penguasa mereka untuk mencela dan merajam mereka,"

Ayat kelima dari pasal ke-14 dalam Kitab Kisah Para Rasul ini mengisahkan tentang sebuah momen krusial dalam pelayanan para rasul, khususnya Paulus dan Barnabas. Momen tersebut ditandai dengan hadirnya pertentangan yang begitu kuat, bahkan hingga mengancam keselamatan jiwa mereka. Gambaran "niat kedua bangsa itu bersama-sama dengan penguasa-penguasa mereka" menunjukkan adanya konspirasi yang terorganisir dari berbagai pihak yang tidak setuju dengan ajaran yang mereka sebarkan.

Ikon siluet orang-orang bersatu menentang

Simbol perlawanan dan konspirasi terhadap kebenaran.

Di kota Ikonium, seperti yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul 14:1-7, Paulus dan Barnabas telah berkhotbah dengan berani dan banyak orang menjadi percaya. Namun, keberhasilan ini tidak disambut baik oleh semua orang. Ada kelompok Yahudi yang tidak percaya yang merasa terancam oleh pengaruh Injil. Mereka bersekongkol dengan bangsa-bangsa asing dan penguasa kota untuk melawan para rasul. Niat mereka adalah untuk "mencela dan merajam" mereka, sebuah ancaman yang sangat serius yang menunjukkan kebencian dan keinginan untuk membungkam kesaksian mereka.

Peristiwa ini menyoroti realitas yang dihadapi oleh para penginjil di masa-masa awal Kekristenan. Ajaran Kristus yang membawa perubahan dan kebenaran seringkali bertabrakan dengan status quo, keyakinan lama, dan kepentingan kekuasaan yang sudah mapan. Pertentangan bukan hanya dalam bentuk perdebatan teologis, tetapi juga bisa berujung pada persekusi dan kekerasan fisik. Ayat ini menggambarkan bahwa perlawanan terhadap Injil bisa datang dari berbagai lapisan masyarakat, dari rakyat jelata hingga para pemimpin.

Iman di Tengah Badai

Meskipun menghadapi ancaman yang begitu besar, Kisah Para Rasul 14:5 tidak berhenti pada gambaran ancaman itu sendiri. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal ini menunjukkan bagaimana Paulus dan Barnabas merespons. Mereka tidak tinggal diam, tetapi memilih untuk melarikan diri dari kota untuk menyelamatkan nyawa mereka dan terus melayani Tuhan di tempat lain. Pilihan ini bukan berarti mereka takut, tetapi merupakan strategi yang bijaksana agar pelayanan mereka dapat terus berlanjut. Keberanian mereka tidak diukur dari kemampuan menghadapi maut, tetapi dari kesetiaan mereka kepada Kristus di tengah segala tantangan.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Pertama, bahwa penyebaran kebenaran seringkali akan menemui penolakan. Kedua, bahwa iman yang sejati tidak goyah oleh ancaman, meskipun kewaspadaan dan hikmat tetap diperlukan. Para rasul terus percaya pada kuasa Tuhan untuk melindungi mereka, namun mereka juga menyadari pentingnya melindungi diri agar dapat terus bersaksi. Kisah Rasul 14:5 mengingatkan kita bahwa jalan Injil tidak selalu mulus, tetapi selalu ada kemenangan bagi mereka yang berpegang teguh pada iman.

Lebih jauh lagi, ayat ini mengajarkan kita untuk tidak terkejut ketika melihat pertentangan terhadap nilai-nilai Kristiani di dunia modern. Seperti di zaman para rasul, ada kekuatan-kekuatan yang berusaha membungkam atau mendiskreditkan pesan Injil. Namun, seperti Paulus dan Barnabas, kita dipanggil untuk tetap teguh dalam iman, bersaksi dengan berani, dan mengandalkan Tuhan dalam menghadapi setiap kesulitan. Keselamatan jiwa dan kelanjutan pemberitaan Injil seringkali menjadi prioritas utama, bahkan di hadapan ancaman fisik.