Simbol Injil dan Kitab Terbuka

Kisah Rasul 15:20 - Ajaran Penting Umat

"Melainkan bahwa kita menuliskan kepada mereka, supaya menjauhkan diri dari kecemaran berhala, dari percabulan, dari yang dicekik dan dari darah."

Ayat dari Kisah Para Rasul pasal 15, ayat 20, merupakan salah satu inti ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada jemaat mula-mula, terutama yang terdiri dari orang-orang bukan Yahudi. Perikop ini menceritakan tentang sebuah konsili penting yang diadakan di Yerusalem untuk memutuskan bagaimana orang-orang non-Yahudi yang percaya kepada Yesus harus diperlakukan, khususnya terkait dengan tuntutan hukum Taurat Musa. Keputusan yang diambil dalam konsili ini memiliki implikasi besar bagi perkembangan gereja dan penyebaran Injil ke seluruh dunia.

Pada masa itu, muncul perdebatan sengit di antara para pengikut Kristus. Sebagian dari mereka yang berasal dari kalangan Yahudi berpendapat bahwa orang-orang bukan Yahudi yang ingin menjadi pengikut Yesus harus terlebih dahulu disunat dan mematuhi seluruh hukum Taurat. Argumen mereka didasarkan pada tradisi dan perjanjian lama. Namun, hal ini menjadi batu sandungan yang besar bagi banyak orang non-Yahudi, karena tuntutan tersebut sangat memberatkan dan tidak sesuai dengan kehidupan serta budaya mereka.

Rasul Paulus dan Barnabas, yang telah melayani banyak orang bukan Yahudi, membawa permasalahan ini ke Yerusalem. Setelah diskusi yang panjang dan mendalam, dipimpin oleh Roh Kudus, para rasul dan tua-tua gereja mencapai sebuah kesimpulan. Mereka memutuskan bahwa orang-orang bukan Yahudi tidak perlu menjalankan seluruh hukum Taurat untuk menjadi pengikut Kristus. Poin krusial yang ditekankan bukanlah kewajiban mengikuti ritual Taurat, melainkan hidup dalam kekudusan dan menghindari hal-hal yang jelas-jelas bertentangan dengan kehendak Tuhan dan prinsip-prinsip moral yang mendasar.

Ayat Kisah Rasul 15:20 secara spesifik merangkum empat hal yang diminta untuk dijauhi oleh orang-orang percaya dari bangsa lain: kecemaran berhala, percabulan, daging binatang yang dicekik, dan darah. Keempat poin ini memiliki makna teologis dan praktis yang penting:

Keputusan ini sangat membebaskan sekaligus membimbing. Membebaskan karena tidak lagi ada beban hukum Taurat yang berat, namun membimbing karena tetap menekankan pentingnya hidup kudus, yang mencerminkan kasih dan ketaatan kepada Allah. Ajaran ini menegaskan bahwa keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui perbuatan hukum Taurat. Namun, iman yang sejati pasti akan dinyatakan melalui perubahan hidup dan ketaatan pada prinsip-prinsip firman Tuhan.

Kisah Rasul 15:20 mengajarkan kita bahwa sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup terpisah dari dosa dan segala sesuatu yang dapat mencemarkan kesaksian kita. Meskipun konteks hukum makanan mungkin berbeda bagi sebagian kita hari ini, inti pesannya tetap relevan: menjauhi kecemaran, menjaga kekudusan seksual, dan menghormati kehidupan serta otoritas Allah. Ini adalah fondasi penting untuk membangun komunitas iman yang kuat dan melayani Tuhan dengan hati yang murni.