"Tetapi Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus itu.
Namun Paulus berpendapat, bahwa tidak baik membawa orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak turut melakukan pekerjaan itu."
Ayat dari Kitab Kisah Para Rasul 15:37 ini membuka sebuah narasi penting mengenai dinamika para rasul awal, khususnya ketegangan yang muncul antara Barnabas dan Paulus. Perdebatan ini bukan sekadar perselisihan kecil, melainkan sebuah titik krusial yang memengaruhi arah pelayanan dan ekspansi Injil di kemudian hari. Inti dari konflik ini terletak pada keputusan mengenai siapa yang akan menyertai mereka dalam misi pemberitaan Injil selanjutnya.
Barnabas, yang memiliki hubungan keluarga dengan Yohanes Markus (disebutkan dalam Kolose 4:10), memiliki pandangan yang berbeda mengenai kelayakan Markus untuk kembali bergabung dalam pelayanan. Barnabas tampaknya melihat potensi dan pengampunan yang layak diberikan kepada Markus. Mungkin Barnabas teringat akan latar belakang Markus, atau ia melihat penyesalan yang tulus pada diri Markus setelah pengalamannya yang mengecewakan di Pamfilia. Sikap Barnabas ini menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan akan pembinaan dan kesempatan kedua bagi mereka yang pernah tersandung. Ia adalah sosok yang cenderung memberikan kesempatan dan membangun.
Di sisi lain, Paulus memiliki sudut pandang yang sangat pragmatis dan fokus pada efektivitas pelayanan. Pengalaman di Pamfilia di mana Markus meninggalkan mereka dan tidak melanjutkan misi, tentu menimbulkan kekecewaan mendalam bagi Paulus. Paulus adalah seorang pemimpin yang berorientasi pada tujuan dan disiplin yang tinggi. Baginya, perjalanan misionaris adalah sebuah tugas serius yang memerlukan dedikasi penuh dan ketahanan yang kuat. Kepergian Markus di tengah jalan dianggap sebagai sebuah kegagalan yang signifikan, dan ia merasa tidak tepat untuk membawa seseorang yang "meninggalkan" mereka dan tidak menyelesaikan apa yang telah dimulai. Paulus menekankan pentingnya orang yang dapat diandalkan dan konsisten dalam pekerjaan Tuhan.
Perbedaan pandangan ini begitu tajam hingga memicu perselisihan yang cukup panas di antara kedua tokoh besar dalam sejarah gereja mula-mula. Kisah ini menunjukkan bahwa bahkan para hamba Tuhan yang paling dekat pun dapat memiliki perbedaan pendapat yang tajam, terutama ketika menyangkut strategi dan evaluasi kinerja dalam pelayanan. Perdebatan ini akhirnya membawa Barnabas dan Paulus berpisah. Barnabas mengambil Markus dan berlayar ke Siprus, sementara Paulus memilih Silas dan memulai perjalanan misinya sendiri ke wilayah lain.
Meskipun berpisah, kisah ini tidak berakhir dengan kekalahan salah satu pihak. Justru sebaliknya, perpisahan ini membuka jalan bagi dua lini pelayanan yang terpisah namun sama-sama produktif. Barnabas dan Markus terus melayani, dan terbukti bahwa Markus kemudian menjadi penulis salah satu Injil, Injil Markus, serta menjadi rekan kerja yang berharga bagi Rasul Paulus di kemudian hari (2 Timotius 4:11). Ini menunjukkan bahwa keputusan Paulus, meskipun didasari oleh pertimbangan profesionalisme, ternyata bisa dilampaui oleh kasih karunia dan kemampuan Tuhan untuk memulihkan dan menggunakan setiap orang. Perdebatan ini mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan antara ketegasan dan belas kasih, antara standar yang tinggi dan kemampuan untuk melihat potensi serta memberikan kesempatan kedua. Kedua pendekatan, yang diwakili oleh Barnabas dan Paulus, pada akhirnya berkontribusi pada penyebaran Injil secara luas.