Kisah Rasul 16:15 menceritakan sebuah momen penting dalam penyebaran Injil, yaitu perjumpaan Rasul Paulus dengan Lidia di Filipi. Lidia, seorang pedagang kain ungu dari Tiatira, adalah seorang penyembah Allah. Ini berarti ia mengikuti ajaran agama Yahudi meskipun bukan keturunan Yahudi. Pada hari Sabat, ia pergi ke tepi sungai untuk berdoa bersama wanita-wanita lain.
Di sanalah Paulus dan Barnabas (meskipun ayat ini secara spesifik merujuk pada Paulus dan Silas dalam konteks ini, seringkali kisah ini diceritakan bersama dengan Barnabas dalam narasi awal) menemukan Lidia dan kelompoknya. Paulus, yang dipimpin oleh Roh Kudus, melihat di hati Lidia sebuah kesiapan untuk mendengar dan menerima kabar baik tentang Yesus Kristus. Perjumpaan ini bukanlah kebetulan semata, melainkan sebuah rencana ilahi yang telah dipersiapkan.
Lidia mendengarkan perkataan Paulus dengan penuh perhatian. Hatinya terbuka dan bersemangat menerima pesan keselamatan yang disampaikan. Alkitab mencatat bahwa "Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikannya dengan saksama apa yang dikatakan oleh Paulus." Pembukaan hati ini adalah karya Roh Kudus, yang mempersiapkan Lidia untuk percaya kepada Yesus.
Setelah mendengarkan dan percaya, Lidia serta seluruh keluarganya dibaptis. Pembaptisan ini menjadi tanda lahir baru dan komitmen mereka kepada Kristus. Namun, cerita tidak berhenti di situ. Ayat 15 dengan jelas menunjukkan kerendahan hati dan kemurahan hati Lidia. Setelah ia dan keluarganya menerima baptisan, ia mendesak Paulus dan rekan-rekannya untuk tinggal di rumahnya.
Permintaan Lidia bukan sekadar tawaran tempat menginap, melainkan sebuah ungkapan imannya yang tulus. Ia berkata, "Jika kamu menganggap aku beriman kepada Tuhan, hendaklah kamu datang dan menumpang di rumahku." Pernyataannya ini menunjukkan bahwa ia melihat iman sebagai dasar dari sebuah persekutuan dan pelayanan. Ia ingin melayani para utusan Injil dengan cara menyediakan kebutuhan dan tempat bagi mereka.
Sikap Lidia ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana iman yang benar diekspresikan dalam tindakan. Kepercayaan kepada Tuhan tidak hanya berhenti pada penerimaan doktrin, tetapi juga terwujud dalam kasih, keramahan, dan kesediaan untuk berbagi serta melayani sesama, terutama mereka yang telah membawa terang Injil.
Paulus dan Silas awalnya mungkin ragu atau menolak, karena tradisi mereka yang tidak selalu menerima pemberian dari orang lain. Namun, Lidia terus membujuk mereka dengan gigih. Kegigihan dan ketulusan Lidia akhirnya meluluhkan hati mereka, sehingga mereka menerima tawaran itu dan tinggal di rumahnya. Ini menjadi awal mula gereja di Filipi, yang dibangun atas dasar iman, persekutuan, dan kemurahan hati.
Kisah Lidia dalam Rasul 16:15 adalah pengingat bahwa Allah bekerja dalam berbagai latar belakang kehidupan. Ia menjangkau hati yang siap, membuka pikiran untuk menerima kebenaran, dan menginspirasi tindakan kasih sebagai buah iman. Pertemuan di tepi sungai itu tidak hanya mengubah hidup Lidia dan keluarganya, tetapi juga menjadi fondasi bagi komunitas Kristen di salah satu kota penting di Makedonia.